Setelah berpamitan dengan supir pribadi Alana. Tanpa membuang waktu lagi, Bian langsung membawa motor dengan kecepatan penuh itu menuju rumahnya.
Ia menumpahkan semua rasa kecewa dan emosinya lewat kecepatan motor yang sedang ia jalankan ini. Semaksimal mungkin Bian tidak menangis agar pandangannya ke arah jalan tidak buram.
Ia tidak peduli jika adiknya nanti melihatnya dengan lemah karena menangisi cewek. Nyatanya memang kehilangan itu sangat menyakitkan. Bian yakin ia tidak akan bisa menemukan cewek yang hampir sempurna seperti Alana lagi. Yang selalu mengerti keadaannya atau menghargai keputusan yang selalu Bian ambil.
Terlalu banyak semua itu untuk menjadi kenangan. Bian berjanji tidak akan melupakan itu semua dan membiarkannya menjadi memori yang sangat indah.
Karena cowok itu sudah sangat marah pada dirinya sendiri, tanpa sadar ia kembali menambah kecepatan motornya diarah tikungan yang cukup tajam itu. Melihat apa yang ada didepannya. Bian reflek langsung menekan rem motornya agar tidak bertubrukan dengan mobil yang tidak menggunakan lampu ini.
Karena kecepatan motornya yang kencang dan cowok itu menekan remnya sangat dalam, tubuh Bian langsung terlempar keatas mobil sebelum terjatuh diatas aspal yang cukup licin ini.
Cowok itu meringis kesakitan ketika merasakan tubuhnya seperti mati rasa. Bahkan untuk sekedar menggerakkan jari saja rasanya Bian tidak mampu untuk melakukan itu.
Dibalik kaca helmnya, Bian melihat pengendara mobil itu keluar disusul oleh satu orang yang berjalan dibelakangnya. Rasanya jika Bian mampu berbicara ia akan mengumpat kepada orang itu dan berkata untuk menyalakan lampu mobilnya agar ini semua tidak terjadi.
Helm Bian dilepas paksa oleh orang itu. Dengan samar Bian melihat bahwa itu adalah Azriel.
"Halo bajingan!" Ingin rasanya Bian langsung menghajar Azriel karena cowok itu membuat tubuhnya sesakit ini. Tapi Bian tidak mampu.
Azriel sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap Bian lebih dekat. "Lo pikir gue bodoh percaya gitu aja sama apa yang terjadi dengan Raiden?" Tanya Azriel dengan nada yang kesal.
Cowok itu memukul perut Bian dengan helm hitam yang ada ditangannya. "Lo yang bunuh Raiden kan?" Pukulan kedua dirasakan Bian pada bagian dadanya yang membuatnya makin sulit menghirup napasnya.
"Kenapa Bian? Kenapa!" Azriel menendang perut Bian yang membuat Bian memaksakan dirinya untuk terus sadar.
"Gue yang bunuh adik lo!"
"Gue yang cekik dia sampai mati. Kenapa lo malah bunuh Raiden yang saat itu lagi berusaha menyelamatkan nyawa adik lo!" Teriak Azriel dengan histeris.
Dengan kesadarannya yang tinggal sedikit, Bian mampu mendengar ucapan Azriel.
Azriel menarik kerah jaket Bian yang membuat cowok itu berdiri walaupun rasanya Bian ingin mati sekarang juga karena sudah sangat lemas.
"Raiden yang selalu bilang sama gue buat jangan bunuh lo. Tapi dengan bajingannya lo malah bunuh dia." Pukulan yang diberikan Azriel pada perutnya membuat Bian langsung terbaring lemah diatas aspal.
Azriel membenarkan posisi Bian dan kembali memukul bagian dada cowok itu dengan helm yang ia pegang. "Mati lo bangsat!" Setelah pukulan itu mendarat pada dada dan perutnya. Bian sudah tidak mampu lagi untuk menahan rasa sakit yang luar biasa ini. Pandangan cowok itu mulai buram dan dengan perlahan Bian memejamkan matanya. Detik itu juga Jiwanya sudah pergi untuk selamanya.
—
Keenan, Sagara, dan Dimas berlarian didalam rumah sakit untuk mencari ruangan tempat sahabat mereka berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Teen FictionXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...