Bian melemparkan tas sekolahnya ke atas kasur, disusul oleh tubuhnya yang sudah sangat lelah seharian ini beraktivitas.
Cowok itu melirik smartwatch yang berada di pergelangan tangannya. Sekarang pukul setelah delapan malam. Sehabis pulang sekolah tadi, ia memutuskan untuk melihat anak basket yang hari ini latihan disekolah sekalian menghabiskan waktu lebih lama bersama teman-temannya.
Sekalian ia mencari kesempatan untuk melihat pacarnya yang sedang latihan saman.Jangan salah, Bian tidak benar-benar memperhatikan pacarnya secara langsung. Ia mencuri kesempatan itu saat akan menuju parkiran mobil. Karena saat ingin menuju parkiran harus melewati ruangan saman terlebih dahulu.
Satu notifikasi pesan muncul dilayar ponselnya. Bian tersenyum, pesan itu dari Alana yang memberi kabar kepada Bian bahwa cewek itu sudah tiba dirumahnya.
Bian membalas pesan tersebut sambil tersenyum dan menyuruh Alana untuk membersihkan diri dan makan malam, karena ia akan melakukan hal yang sama.
Baru saja Bian meletakan ponselnya dan ingin segera memejamkan mata sebentar, dengan tidak sopannya Xavi membuka pintu kamarnya tanpa permisi.
"Lo kebawah dulu deh, Bi." Vier berucap dengan sedikit panik
Bian akhirnya memaksa tubuhnya untuk segera beranjak dari kasur. "Ada apa?" Tanya Bian dengan tidak minat. Ia merasa sebal karena terganggu.
"Itu polisi ada dibawah. Nyariin lo." Ucapan Vier langsung membuat Bian berjalan cepat menuju lantai bawah.
"Cari saya?" Tanya Bian santai. Ia berusaha untuk tetap santai walaupun sebenarnya ia sangat panik dan bingung sekarang.
Polisi tersebut menunjukkan surat penangkapan didepan Bian. "Kamu harus ikut ke kantor. Nanti kami jelaskan disana." Paksa kedua polisi tersebut yang langsung menarik tangan Bian
"Apaansih. Tunggu sebentar." Ucap Bian panik
Vier menahan lengan Bian. "Woi tunggu dong. Jangan kasar!" Teriak Vier
Ucapannya sama sekali tidak dihiraukan oleh kedua polisi tersebut.
"Ada apa ini?" Vicky dengan kedua sekretarisnya berjalan masuk menghampiri Bian yang ditarik paksa oleh kedua polisi itu.
"Lepaskan anak saya." Ucap Vicky yang membuat kedua polisi itu menurut. Tangan Bian dilepaskan, cowok itu langsung menjauh.
"Mari kita bicarakan dikantor apa yang terjadi dengan anak saya." Vicky kembali berjalan keluar rumah diikuti oleh kedua polisi itu.
"Bentar." Tahan Bian
"Gue boleh liat surat penangkapannya?" Tanya Bian yang membuat kedua polisi itu saling melempar tatap dan menganggukkan kepala. Salah satu dari mereka memberikan surat tersebut kepada Bian.
Setelah membacanya Bian langsung meremas kertas itu. "Bangsat, playing victim!" Umpat Bian sambil berlari kembali ke atas menuju kamarnya. Dari belakang, Xavi mengikuti langkah abangnya.
"Orangtua Raiden udah balik ke indo?" Tanya Bian yang dijawab gelengan oleh Vier.
Vier mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto dua cowok yang saling merangkul sedang tersenyum ceria. Kira-kira kedua cowok seumuran mereka.
"Ini Azriel. Adiknya Raiden." Ucapnya
"Kemungkinan besar dia yang laporin kasus ini kepolisi, bang." Napas Bian memburu ketika mendengar ucapan adiknya.
"Ah, sialan!" Bian mengacak rambutnya frustasi. Berani sekali mereka lakukan hal seperti ini padahal penyebab kematian adiknya adalah kakaknya si bajingan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Genç KurguXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...