Bian menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Cowok itu lupa kalau sekarang ia harus mengantar Rania kesekolah karena sudah berjanji kepada cewek itu tadi malam.
"Bian kenapasih? Kok buru-buru?" Tanya Rose ketika melihat anaknya yang minum susu coklatnya dengan buru-buru.
Vier yang sedang mengunyah nasi gorengnya pun heran melihat Bian yang tidak biasanya seperti ini.
"Bian pamit ya, bunda." Cowok itu mencium pipi kiri bundanya dan langsung berlari pergi keluar dari ruangan makan.
Cowok itu tidak menggunakan mobilnya, melainkan motor sport hitam itu yang akan ia gunakan.
Tanpa membuang waktu lagi, Bian langsung menghidupkan mesin motornya. Tidak lupa juga cowok itu memakai helmnya dan segera pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.
Dengan kecepatan yang maksimal, Bian berhasil sampai didepan rumah Victoria bernuansa putih ini. Didepan gerbang sudah ada Rania sambil memegang helmnya menunggu kedatangan Bian.
"Jam masuk lo masih lama kan?" Tanya Bian sambil membuka kaca helmnya agar suaranya terdengar oleh Rania.
Cewek itu melirik smartwatch di pergelangan tangannya. "Dua puluh menit lagi." Jawab Rania yang membuat Bian menganggukkan kepalanya. Lega, setidaknya ia tidak perlu membawa Rania ngebut dijalan.
"Ayo naik." Suruh Bian yang membuat Rania langsung mengenakan helmnya dan segera naik ke atas motor Bian.
Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara. Mereka berdua sama-sama tidak suka bila mengobrol dimotor. Tadinya Bian ingin membawa mobilnya sekalian mengobrol bermaksud ingin mengenal Rania. Karena Bian akan sering menghabiskan waktu bersama cewek itu jadi ia ingin memperlakukan Rania dengan baik.
Tapi karena jam yang sudah tidak bersahabat dengan jam masuk sekolah, akhirnya mau tidak mau Bian menggunakan motornya.
Setelah sampai sekolah yang dikenal sebagai sma tunas ini, Bian mengurangi kecepatan motornya dan masuk ke area sekolah tersebut. Rania bukannya senang malah panik. Cewek itu mengira Bian akan menurunkannya jauh dari area sekolah.
"Gausah sampe masuk." Rania menepuk nepuk bahu Bian. Cowok itu tidak menggubris ucapan Rania.
Motor Bian berhenti tepat didepan area pintu masuk utama sekolah tersebut. Rania mendengus sebal dengan sikap Bian yang sekarang.
Cowok itu melepas helmnya yang membuat semua mata memandangnya dengan heran. Untuk apa seorang Xabian berada disini. Bahkan Bian sekarang sudah menjadi pusat perhatian membuat Rania menundukkan kepalanya karena malu.
"Udah sampe sayang." Ucap Bian yang membuat Rania langsung turun dari motornya.
Bian menatap orang di sekitarnya yang terus memperhatikan mereka. "Semangat sekolahnya. Kalo ada yang berani gangguan kamu bilang ya sama aku." Bian mengacak rambut Raina sambil tersenyum manis.
Kemudian tatapan cowok itu ia alihkan ke sekitarnya. Bian menatap tajam orang yang memperhatikannya satu persatu. Seperti memberi peringatan tidak ada yang boleh menyentuh pacarnya.
"Udah sana pergi, nanti telat." Rania mengusir Bian agar cowok itu segera pergi darisini. Jujur sekarang ia sangat risih diperhatikan oleh orang-orang seperti ini.
Bian menganggukkan kepalanya dan memakai kembali helm miliknya. Cowok itu memberikan klakson bermaksud pamit kepada Rania. Dan Bian segera membawa motornya pergi dari area sma tunas.
Sepertinya memang hari ini Bian ditakdirkan untuk senang. Karena jalanan yang sekarang ia lewati menuju sekolah sangat lancar.
Masih ada waktu lima menit untuk Bian bisa santai masuk ke sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
JugendliteraturXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...