"Murid cewek disekolah lo cantik juga ya." Gumam Rania setelah mereka sudah mendapatkan tempat duduk.
Bian hanya diam tidak merespon ucapan cewek itu. Ia terus memikirkan pacarnya itu. Baru kali ini Bian merasa sangat brengsek pada Alana. Padahal cowok itu pernah berjanji tidak akan pernah membuat Alana menangis. Tapi Bian tidak yakin kalau sekarang Alana baik-baik saja.
Bian melihat dengan jelas bahwa Alana sangat kecewa padanya. Sudah pasti cewek itu berpikir bahwa Bian selingkuh. Padahal ia mempunyai alasan mengapa ia harus melakukan semua ini.
"Bi, kok malah ngelamun sih?" Tanya Rania heran. Cewek itu bingung mengapa ucapannya tidak mendapat respon apapun dari Bian.
Bian menggelengkan kepalanya dan menatap cewek yang berada Dihadapannya ini.
"Ada yang lagi lo pikirin ya?" Tanya Rania khawatir. Tidak biasanya Bian bertingkah seperti ini walaupun ia baru mengenal cowok itu.
"Enggak. Santai aja." Jawab Bian yang sudah jelas berbohong. Ia berusaha untuk santai karena cowo itu tidak mau merusak suasana yang terjadi diantara mereka berdua.
"Tentang Altair?" Tanya Rania. Cewek itu memang suka tidak peka pada orang sekelilingnya. Termasuk pada Bian sekarang.
"Bukan apa-apa, Gausah mikirin lah." Jawab Bian yang berusaha tidak peduli.
Rania mengangguk menerima ucapan Bian. Sepertinya cowok itu memang tidak mau urusannya ditanya.
"Eh iya."
"Cewek tadi jangan-jangan yang lo maksud kalo lo punya temen yang rumahnya daerah sini." Rania baru teringat satu hal yang Bian maksud tadi.
"Itu pacar gue." Ingin sekali Bian mengeluarkan kata-kata tersebut. Tapi entah mengapa mulutnya terasa sangat kaku.
Melihat Bian yang tidak bereaksi apapun membuat Rania mengambil kesimpulan bahwa pertanyaanya dijawab iya.
"Cantik, Bi." Ucapan Rania membuat Bian menatap cewek itu dengan bingung.
Rania tersenyum. "Tapi masih cantikan gue sih." Ucapnya dengan bangga.
"Kayaknya dia primadona anak bina ya?" Tebak Rania penasaran.
Bian menatap cewek Dihadapannya ini dengan sinis. "Ganti topik gabisa? Ngapain ngomongin orang lain sih?" Tanya Bian tidak suka.
Rania menatap bian bingung. "Dia mantan lo ya?" Tanya Rania dengan curiga. Karena Bian terlihat seperti tidak suka dengan cewek itu. Buktinya Bian tidak mau Rania membahasnya.
"Gausah ngomong yang aneh." Bian melirik Rania dengan sinis.
Jangan sampai ucapan cewek itu beneran kejadian.
"Ya siapa tahu kan lo pernah pacaran terus putus karena beda agama." Celetuk Rania. Cewek itu tadi sempat melihat bahwa Alana mengenakan kalung yang dijadikan sebagai simbol agamanya.
Bian baru saja ingin membalas ucapan Alana tapi pelayan yang mengantarkan pesanannya sudah tiba. Ia kembali mengurungkan niatnya dan hanya melirik cewek itu dengan sinis.
Sebenarnya ucapan Rania sempat membuat Bian memikirkannya. Entah bodoh atau terlalu cinta, mereka berdua sudah tahu akhir cerita cinta mereka seperti apa tapi tetap ingin dilanjutkan.
"Nyokap juga pacaran beda agama kok, Bi. Waktu sama mantannya pas mereka masih kuliah."
"Mereka saling sayang, banget malahan. Tapi mereka juga teguh sama pendirian agama masing-masing." Cerita Rania yang membuat Bian tertarik ketika mendengarnya.
"Paling susah emang pacaran beda keyakinan. Kalau beda kota atau negara beberapa masih enggak masalah." Bian diam-diam setuju dengan ucapan Rania.
![](https://img.wattpad.com/cover/281033426-288-k503157.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Teen FictionXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...