Bian mengurangi kecepatan motornya saat melihat didepannya sudah ada beberapa anggota Nuanza yang sedang menunggu kedatangannya. Dibalik helm hitamnya, ia tersenyum miring. Di tengah mereka sudah ada Azriel yang berdiri tegak menunggu kedatangannya.
Bian memarkirkan motornya dan berjalan menghampiri Azriel. Cowok itu melepaskan helmnya untuk melihat lebih jelas wajah bajingan yang ada Dihadapannya ini.
"Punya nyali juga lo dateng sendirian kesini." Azriel tersenyum miring sambil melangkahkan kakinya menghampiri Bian.
Bian tertawa hambar mendengar ucapan Azriel. "Iyalah, gue bukan lo yang cupu bawa pasukan." Jawab Bian membuat Azriel menatap tajam ke arahnya.
Azriel memang menantang Bian datang menghampirinya. Bian berani datang sendiri kesini karena tadi Sasya memberikan kabar bahwa anak Nuanza akan menyerang markas Altair. Jadi Bian berpikir mungkin Azriel memang datang sendiri tapi ternyata cowok itu tetap membawa pasukannya.
"Maksud lo apa dateng ke tempat Raiden?" Tanya Azriel dengan tatapan yang sangat tajam.
Bian tersenyum sinis. "Tadinya gue mau bunuh kakak lo. Tapi gue memutuskan untung nunggu dia sampe sadar biar ngerasain apa yang adik gue rasain."
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Bian, tanpa sadar Azriel mengepalkan tangannya emosi.
"Lo tuh mestinya tahu malu. Abang lo tuh pantes dibunuh juga karena dia udah bunuh adik gue."
"Gue juga pantes kan ngebunuh lo karena lo udah bikin Abang gue koma?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Azriel langsung membuat Bian melayangkan helm miliknya tepat mengenai wajah Azriel.
Cowok itu langsung terjatuh lemas. Melihat ketuanya diserang, anggota Nuanza lainnya langsung menyerang Bian berbarengan.
Bian sempat kewalahan menerima serangan empat orang sekaligus. Cowok itu sempat menerima beberapa pukulan diperutnya dan di hidungnya. Karena memang sudah emosi, rasa sakit itu hampir tidak terasa yang membuat Bian terus membalas serangan mereka
Keempat cowok itu sudah terkapar lemah dijalanan karena perlawanan Bian. Cowok itu sekarang merasa beruntung karena ayahnya memberikannya helm yang harganya lumayan mahal ini. Ternyata berguna untuk sekarang.
Bian melangkahkan kakinya mendekat ke arah Azriel. Cowok itu berjalan sambil memegangi perutnya yang mulai terasa sakit.
Bugh!
Bian terjatuh lemas ketika balok kayu itu bersentuhan dengan keras dengan punggungnya. Helm hitam yang ada ditangannya lepas begitu saja. Salah satu anggota yang Bian serang tadi kembali bangun dan memukul cowok itu dengan balok kayu yang ia temukan tadi.
Azriel berjalan dengan tertatih menghampiri Bian yang sudah tertidur lemah dijalan.
"Nih, cewek lo lagi ada di cafe kan?" Azriel menunjukkan foto Rania yang sedang duduk bersama kedua temannya di cafe yang Bian tahu lokasinya dekat dengan sekolah cewek itu.
"Gue pastiin lo ga akan bisa ketemu dia lagi." Ucap Azriel sebelum cowok itu melempar helm Bian tepat disebelah wajah pemiliknya.
"Bangsat. Kalau bukan karena perjanjian gue sama Raiden buat enggak bunuh lo, gue pastiin detik ini juga tinggal sisa nama lo." Azriel kembali menendang perut Bian sebelum pergi bersama keempat temannya meninggalkan Bian sendirian di tengah jalanan itu.
Setelah mendengar mobil Azriel yang mulai menjauh, sebisa mungkin Bian beranjak berdiri walaupun rasa sakit di tubuhnya sangat menyiksa. Ia harus pastikan bahwa Rania baik-baik saja Dihadapannya.
Cowok itu mengambil ponsel disaku celananya. Ia harus menelepon Deff untuk meminta bantuan kepada cowok itu.
"Bi, lo gapapa?" Suara Deff langsung terdengar setelah sambungan telefon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Novela JuvenilXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...