Setelah meletakan kertas ulangannya diatas meja guru, Bian keluar bersamaan dengan Danillo dan Dimas. Karena ulangan tengah semester ini, guru-guru sengaja mengacak kelas mereka sesuai dengan abjad absen angkatan.
"Kantin nih?" Tanya Danillo yang dijawab anggukan oleh kedua sahabatnya itu.
Saat perjalanan menuju kantin, Bian tidak sengaja mengintip kelas sebelahnya. Disana ada Alana yang sedang membaca bukunya. Cewek itu memang sangat rajin belajar. Makanya nilainya selalu memuaskan.
"Nil, ajak cewek gue ke kantin." Bisik Bian sambil terus memperhatikan Alana.
Dimas terkekeh mendengar ucapan Bian. "Percaya diri banget ya lo ngakuin Alana sebagai cewek lo." Ucap Dimas dengan suaranya yang pelan. Ia sengaja karena disekitarnya masih banyak murid yang berlalu lalang.
Bian menatap sahabatnya dengan sinis. Ia tidak mau bertengkar karena masalah kecil. Dimas kan memang hobi membuat orang darah tinggi.
Saat Danillo ingin melangkahkan kakinya masuk kedalam, Bian dengan cepat langsung menahannya. "Gue aja deh." Cowok itu langsung berlalu meninggalkan kedua sahabatnya yang menatap kepergiannya dengan bingung.
Dengan senyum yang merekah di wajahnya, cowok itu melangkahkan kakinya menghampiri meja Alana.
"Kantin yuk." Cewek itu menodongkan kepalanya dan menatap tajam ketika melihat siapa yang ada Dihadapannya ini.
Alana tidak menjawab ajakan Bian. Cewek itu kembali memfokuskan dirinya dengan buku catatan kimianya.
Memang sepertinya cowok yang ada Dihadapannya ini sangat tidak tahu malu. Bagaimana bisa ia sekarang mengajaknya ke kantin setelah kemarin kepergok jalan bersama selingkuhannya itu?
"Regina udah nungguin tuh. Kesian temennya masa cewek sendiri." Alana masih tidak merespon perkataan Bian.
Cowok Dihadapannya ini sama sekali tidak putus asa walaupun perkataannya dianggap angin oleh Alana. Ia masih terus mengajaknya mengobrol.
"Na, pasti laper.."
"Lo bisa diem kan?" Pertanyaan sinis itu keluar begitu saja dari mulut Alana.
Bian tidak marah. Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan Alana. "Makan dulu biar pas ngisi..."
"Gue mau lo pergi. Gausah sok peduli sama gue." Ucapan Alana mampu membuat beberapa murid disekitarnya menoleh. Mereka penasaran apa yang terjadi dengan Bian dan Alana.
"Nanti dibawain makanan aja ya."
Alana menghela napasnya. Ingin rasanya cewek itu mempermalukan Bian sekarang juga karena sikap cowok itu yang sangat menjengkelkan.
"Gausah. Gue maunya lo pergi." Bentakan yang keluar dari mulut cewek itu membuat Bian langsung terdiam ditempatnya. Baru pertama kali ia melihat Alana seperti ini.
Melihat Bian yang hanya diam saja membuat Alana merasa sangat bersalah. Tidak sepatutnya ia bersikap seperti itu padahal niat Bian baik. Ia sangat marah pada cowok itu dengan hubungan mereka bukan pertemanan mereka.
Apalagi murid disekolahnya tahu Alana dan Bian adalah teman dekat. Kalau sikapnya seperti ini malah membuat mereka curiga kalau Alana dan Bian ada hubungan serius.
"Gue lagi belajar. Tolong banget jangan ganggu." Bian menganggukkan kepalanya dan melangkah pergi meninggalkan Alana yang terus menatap kepergiannya.
"Enggak semestinya gue bilang kayak gitu ke Bian." Alana menghela napas lelah. Ia bingung harus bereaksi seperti apa kepada cowok itu.
"Bi.." cowok itu menoleh ke arah kedua sahabatnya. Mereka berdua memang melihat jelas apa yang terjadi di dalam sana. Karena tidak ingin berpihak pada siapapun, mereka akhirnya memutuskan untuk diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Novela JuvenilXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...