"Lo abis darimana sih?" Tanya Sagara sambil melihat Bian yang baru duduk bergabung bersamanya di bazar.
Bian tidak menjawab pertanyaan Sagara. Cowok itu mendekatkan diri pada Keenan dan membisikkan cowok itu sesuatu.
"Apaansih, mau denger juga dong." Sagara yang duduk disebelah Bian ikut-ikutan mendekatkan dirinya pada Bian agar bisa mendengar ucapan yang Bian berikan pada Keenan.
Keenan menoleh ke arah Bian sambil tersenyum. Kemudian cowok itu menganggukkan kepalanya.
"Apaansih, mau tahu juga dong." Dengus Sagara yang membuat Bian melirik cowok itu dengan sinis.
"Kepo banget sih lo, Gar." Dimas menatap cowok didepannya ini tidak suka. Dimas daritadi tidak berkomentar karena ia yakin, Bian pasti nanti akan memberitahu mereka apa yang tadi cowok itu katakan pada Keenan.
"Sirik aja lo, jamet." Dimas melebarkan matanya dan menatap tajam Sagara yang menatap Dimas meledek.
"Daripada lo, bau neraka." Balas Dimas yang tidak terima dengan perkataan Sagara. Ia tahu maksud Sagara memang bercanda. Cowok itu sering meledeknya seperti itu karena dulu Dimas sangat suka dengan warna ungu. Katanya warna ungu itu warna jamet.
"Kayak pernah cium bau neraka aja lo." Sagara melirik Dimas sinis.
"Bisa diem enggak lu berdua?" Bentak Bian sambil menatap kedua sahabatnya ini dengan tajam. Ia sedang berusaha mencerna ucapan Rasya tadi, tapi dengan kurang ajarnya kedua sahabatnya ini malah membuat keributan.
"Dimas duluan tuh." Jawab Sagara yang membuat Bian menoleh ke cowok itu dengan tajam.
"Udah, Gar. Lo juga sama aja." Keenan berusaha menenangkan keduanya. Ia tahu Bian dengan pening dengan pikirannya.
Tidak ada yang berani membantah. Mereka tahu mood Bian sedang tidak bagus. Jadi daripada kena marah lebih baik mereka diam.
"Dimas, Danillo, Keenan, Darrel, sama Gerald ikut gue ke rumah sakit." Kelima cowok itu sontak menatap Bian dengan bingung.
"Gue cuman mau ngeliat keadaan Raiden." Jawab Bian yang mengerti tatapan sahabatnya itu.
"Kalo ada Azriel gimana?" Tanya Revalza yang membuat Bian menoleh ke arah Revalza sambil tersenyum.
"Ya ribut. Kalo ada sesuatu tinggal panggil dokter." Jawab Bian sambil tersenyum. Sahabatnya tahu bahwa Bian bercanda dengan ucapannya.
"Grand final kapan nih?" Tanya Bian membuka topik pembicaraan baru.
"Besok, dibarengin sama final." Jawab Gerald yang memang menjadi panitia basket dan sudah mengatur semua jadwal.
"Kesini lagi dong besok." Ajak Darrel yang dijawab anggukan oleh Bian.
"Traktir kopi ya dicafe depan." Darrel tersenyum lalu menganggukkan kepalanya mendengar ucapan sang captain Altair itu. Darrel tahu ucapan Bian hanya candaan, kalau beneran sebenernya juga tidak apa-apa.
"Ikutan dong." Mereka sontak menoleh ke arah suara dan melihat Vier dan kelima sahabatnya itu datang menghampiri mereka. Tidak lupa juga Rasya yang ikutan berjalan disebelah Vier.
Tatapan Bian dan Rasya sempat bertemu beberapa detik sebelum Bian mengalihkan tatapannya ke arah Vier. "Kasih duduk nih buat yang abis tanding." Bian menginterupsikan sahabatnya agar memberikan space untuk Vier duduk bergabung bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Teen FictionXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...