Part 20

193 10 0
                                    

"Lo mau pesen makan apa?" Tanya Keenan sambil menatap sahabatnya satu persatu.

"Gue Yamin, Nan." Jawab Dimas sambil memberikan selembar uang lima puluh ribu pada cowok itu.

"Gue jus mangga aja deh." Jawab Sagara

"Gue disamain kayak Dimas." Bian memberikan selembar uang seratus ribu pada Keenan.

"Gue samain juga tapi gapake sayur ya." Ucap Danillo

Setelah sahabatnya sudah memesan makanannya masing-masing, tanpa membuang waktu lagi Keenan langsung berjalan menghampiri stand penjual Yamin untuk memesan yang sahabatnya mau.

"Lo udah izin ke ibu Novilda buat jadi suporter basket?" Tanya Bian sambil menolehkan kepalanya menghadap ke arah Sagara.

Cowok itu tersenyum dan mengeluarkan surat izin keluar yang tadi ia minta kepada guru BK tersebut.

Siang ini, tim basket dari kelas sebelas akan bertanding diacara Sma Angkasa. Jadi mereka memutuskan untuk menjadi suporter adik kelasnya. Tentu saja mereka senang, sekalian alasan bolos pelajaran tentunya.

"Asik bolos sejarah." Dimas dan Danillo ber-tos senang karena kedua cowok itu sama-sama tidak menyukai pelajaran itu. Selain gurunya galak, pelajaran itu membosankan menurut kedua cowok itu.

"Gue mtk minat dong." Bian ikutan bersorak senang

"Baru sehari gaada Edgar kok gue udah kangen ya." Curhat Sagara

Edgar memang hari ini dan empat hari kedepan akan izin karena kakeknya yang sedang berada di Amsterdam meninggal dunia semalam. Jadi ia dan sekeluarga langsung terbang kesana.

"Disini lo kangen Edgar tapi Edgar disana malah seneng gaada lo." Sagara hanya merespon ucapan Keenan dengan sinis.

"Gue boleh ikutan gabung disini gak? Meja Kantin udah penuh nih." Keempat cowok itu reflek menoleh ke sumber suara, mereka melihat Regina dan Alana yang sudah berdiri dekat mereka sambil memegang piring yang berisi nasi kuning.

Mata Bian dan Alana sempat bertemu beberapa detik sebelum Bian langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Boleh banget lah. Sini duduk." Ajak Sagara sambil menggeser duduknya agar memberikan tempat kepada kedua cewek itu.

"Oh iya, gue lupa minta rekap absen sama Vier."

"Gue ke kelas dia dulu ya." Alibi Bian agar menghindari kontak mata depan pacarnya itu. Sumpah, hatinya merasa pedih setiap kali melihat cewek itu.

Seperti mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu, mereka semua langsung menganggukkan kepala.

Melihat respon sahabatnya, Bian segera berlalu meninggalkan mereka untuk pergi ke lapangan indoor. Cowok itu akan memutuskan untuk bermain basket saja daripada harus satu meja dengan orang yang ia sakiti.

Alana menatap kepergian Bian sedang kecewa. Cowok itu bertingkah seperti sedang menghindarinya.

"Bian kenapasih?" Tanya Regina bingung. Bagaimana bisa cowok itu pergi saat pacarnya datang menghampirinya? Biasanya Bian yang paling senang jika satu meja dengan Alana. Bahkan terkadang cowok itu yang memaksa sahabatnya menghampiri Alana agar bisa makan bersama.

Dimas menatap Regina bingung. "Kenapa apanya?" Tanya Dimas.

"Tumben banget kayak gitu." Jawab Regina yang membuat Dimas dan Danillo saling melempar tatap.

"Dia menghindar ya dari Alana?" Tanya Regina dengan suara pelan. Ia takut ada yang mendengar karena suasana kantin sedang ramai.

Dimas tertawa kecil mendengar ucapan Regina. Ia sengaja tertawa agar cowok itu tidak terlihat panik dan bingung harus menjawab pertanyaan Regina dengan jawaban apa.

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang