"Makasih banyak ya, Bian." Ucap Rania setelah menelan jus mangga itu dimulutnya.
Mereka sedang berada di cafe dekat sma tunas. Bian sengaja mengajak Rania kesini karena cowok itu tahu, pasti banyak anak tunas yang akan mampir kesini setelah pulang sekolah. Dan sepertinya dugaan cowok itu benar.
Rania mendekatkan wajahnya pada Bian. "Seharian ini gaada yang ngusik gue. Malah banyak yang ngajak berteman lagi." Bisik Rania membuat Bian tersenyum senang.
Memang sebenarnya tidak pantas Rania dibully disekolahnya. Cewek itu terlalu cantik bagi orang lokal disekolahnya.
Jelas saja, Rania memiliki campuran inggris dan indonesia dari ayah dan ibunya. Banyak yang iri dengan kecantikan cewek itu makanya Rania dibully oleh cewek-cewek disekolahnya.
Sementara cowok disekolahnya banyak yang mendekati Rania. Dan menurut Bian cara mendekatinya sangat kampungan. Apalagi anak Dallas yang menjadikan Rania sebagai bahan taruhan tanpa sepengatahuan cewek itu.
"Aku seneng deh akhirnya kamu bisa sempetin waktu buat jemput aku disekolah." Rania sengaja mengganti pengucapan katanya kepada Bian karena didepan dan belakang mereka ada teman sekolahnya yang sepertinya sengaja duduk didekat mereka agar tahu percakapan keduanya. Memang dasar manusia kepo.
Bian tersenyum. "Aku seneng kalo lihat kamu happy." Ucap Bian membuat Rania tersenyum malu dan menganggukkan kepalanya.
"Besok ada acara nggak? Mama pengen ketemu sama kamu." Ucap Rania dengan suara yang di sedikit lebih dibesarkan agar teman-temannya dengar.
Bian yang mendengar itu hanya tersenyum kecil. Ia senang akhirnya bisa membantu cewek itu. Bian senang karena hidupnya bisa berguna oleh orang lain juga.
"Besok aku kabarin lagi ya." Jawab Bian yang dijawab anggukkan antusias oleh Rania.
Akhirnya keduanya saling mengobrol serasa dunia milik mereka berdua yang lain hanya ngontrak.
Karena diluar cuacanya juga sudah mulai mendung, Bian mengajak Rania agar segera pulang karena Bian takut mereka akan kehujanan dijalan. Lain halnya jika Bian membawa mobil, mau sampai malam juga tidak akan masalah.
Bian tidak mau mengantar Rania dalam keadaan basah kuyup. Bisa-bisa Sasya akan menganiaya nya jika Rania sampai kenapa-napa. Membayangkannya saja bisa membuat Bian merinding apalagi kalau itu benar-benar terjadi.
Cowok itu merangkul Rania saat keluar dari cafe tersebut. Sengaja agar murid Tunas melihat mereka kalau Rania benar-benar milik Bian. Jadi tidak ada yang bisa mengganggu cewek itu lagi.
"Wih, akhirnya seorang Xabian gentle juga ya bisa nepatin taruhan antara anak Dallas sama Altair." Tiga langkah lagi mereka keluar darisana, entah muncul darimana Daniel malah menghalangi jalan keluar mereka.
Bian yang tadinya sedang merangkul Rania sontak langsung menarik tangan cewek itu untuk berdiri dibelakangnya. Bermaksud untuk melindungi Rania dari orang brengsek didepannya ini.
Ucapan Daniel cukup untuk membuat semua mata memperhatikan mereka dan Bian benci itu.
"Taruhan?" Tanya Bian tersenyum meremehkan.
"Yang lo kalah balapan dari gue?" Tanya Bian lagi yang langsung membuat Daniel merasa malu.
"Gue menang emang karena gue jago."
"Bukan untuk dapetin cewek yang selalu lo gunain buat bahan taruhan." Bian berucap sambil menatap tajam Daniel dan kedua temannya itu yang Bian kenal bernama Faris dan Raffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Teen FictionXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...