6 tahun kemudian..
"Aduhh, itu siapa lagi yang nangis?" Teriak Alana dari dapur ketika mendengar suara tangisan dari arah ruang makan.
Siang ini ia sedang memasak untuk makan bersama keluarga kecilnya. Tidak banyak, hanya cumi goreng tepung, Capcay, dan tempe goreng tepung kesukaan anaknya.
Alana menoleh kebawah melihat kaki kanannya dipeluk oleh tangan mungil anaknya. Buru-buru ia mematikan kompornya dan langsung berjongkok agar bisa berhadapan dengan putri kecilnya ini.
"Nda, Abang tadi pukul." Sambil menyeka air matanya. Kemudian dengan matanya yang sembab, ia memeluk leher bundanya.
"Nanti Abang bunda omelin ya." Alana balas memeluk tubuh mungil anaknya itu.
Alana melepaskan pelukan anaknya dan mengelus rambut hitam panjang itu. "Aleena tunggu bunda dimeja makan dulu ya." Cewek mungil itu menganggukkan kepalanya dan segera berlari kecil keluar dari area dapur.
Karena tidak ingin membuat anaknya menunggu lagi, Alana meminta bantuan assisten rumah tangannya untuk membantu menyiapkan makanannya.
"Nda, Abang pukul-pukul." Aleena memukul lengannya dengan tangannya sendiri. Ia bermaksud mencontohkan abangnya yang tadi memukulnya.
Alana tersenyum sambil membawa anak berumur tiga tahun itu ke atas pangkuannya. "Sini bunda tiupin biar sembuh." Ia meniup lengan anaknya kemudian tersenyum.
"Udah gasakit kan?" Tanya Alana yang dijawab gelengan oleh Alleta.
"Abang kenapa pukul adik?" Alana kini menolehkan kepalanya kepada anak laki-laki pertamanya itu.
"Abang tadi liat semut, nda. Tapi Abang gasengaja pukul adik." Jawabnya
"Nih semutnya, warna hitam." Cowok itu menunjukkan semut kecil yang berada ditangan mungilnya itu.
"Abang udah minta maaf sama adek belum?" Tanya Alana sambil menoleh kearah cowok yang duduk sambil memegang robot mainan ditangannya itu. Cowok itu menggelengkan kepalanya sambil sedikit menunduk, merasa bersalah.
"Ayo, jagoan. Minta maaf dulu sama adiknya." Keenan menarik halus tangan anaknya dan membawa cowok itu mendekat kearah Alana dan Aleena yang sudah duduk rapih dimeja makan.
Alana yang melihat itu langsung menurunkan Aleena dari pangkuannya.
Cowok berumur lima tahun itu langsung memeluk adiknya dengan sayang sambil berucap. "Maafin Abang ya, Aleena."
Aleena menganggukkan kepalanya dan membalas pelukan sang Abang. "Iya, Abang Brian." Ucapnya dengan cadel.
Keenan dan Alana saling tersenyum melihat tingkah lucu kedua anak mereka. Setelah melepas pelukannya, Keenan menatap Brian dengan tegas.
"Janji sama ayah untuk selalu berperilaku lembut sama perempuan ya. Terutama sama bunda dan adik." Bocah lima tahun itu menganggukkan kepalanya dengan yakin.
"Jangan sekalipun tangan kamu mukul perempuan ya, bang. Janji sama ayah?" Brian menganggukkan kepalanya dengan yakin. Walaupun usianya baru beranjak lima tahun, ia sudah sedikit paham dengan ucapan ayahnya.
Keenan tersenyum dan mengelus kepala Brian penuh sayang. "Anak ayah pinter."
Alana yang melihat itu ikut tersenyum haru.
"Yuk, kita makan masakan bunda." Ajak Keenan sambil menuntun kedua anaknya untuk duduk dibangku dan mulai memakan hidangan sang istri.
—
"Bunda ini siapa?" Brian mendongakan kepalanya menatap bundanya setelah melihat nama yang tertera diatas batu nisan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Teen FictionXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...