Part 09

267 21 1
                                    

Lima motor sport itu datang bersamaan disusul oleh dua mobil sedan di belakangnya. Dihadapan mereka sudah ada anggota Dallas menyambut kedatangannya.

Anak Altair dan Alaska benar-benar menepati janjinya untuk menerima tantangan dari Daniel. Sehabis pulang sekolah tadi, Revalza dan Deff menghampiri markas Dallas untuk menerima tawaran balapan dari Daniel. Tidak ada keributan, bahkan anak Dallas menyambut kedua cowok itu dengan tenang.

Memang sebenarnya anak Dallas tidak ada masalah dengan Altair ataupun Alaska. Tapi terkadang cara mereka hanya salah untuk mengajak balapan. Sebenarnya dalam perkumpulan geng seperti mereka cara ribut seperti itu sudah biasa. Tapi tetap saja Altair dan Alaska tidak suka keributan atau kekerasan.

Bian melepas helm putih itu dan meletakkannya diatas jok motor. Disusul oleh sahabat-sahabatnya yang juga membawa kendaraan yang sama.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga." Sorak Daniel sambil berjalan mendekat ke arah Bian.

Bian hanya tersenyum miring mendengar ucapan Daniel. "Gue turut berduka cita atas kematian Vienna."  Daniel menepuk pundak Bian memberikan salam yang hangat.

"Thanks, men." Jawab Bian.

Bian tahu bahwa sebenarnya Daniel orang yang baik. Tapi yang ia tidak suka, Daniel selalu memakai cara apapun dengan kekerasan. Seperti kemarin saat ingin mengajak balapan.

Deno, wakil dari Dallas datang ke arah Bian dan Daniel sambil menarik tangan cewek yang berjalan dibelakangnya. "Kalo lo menang, nih cewek bakal milik anak Altair sepenuhnya." Ucap Daniel

"Kalo lo kalah, kayak biasa. Dia milik gue sama anak Dallas sepenuhnya." Daniel tersenyum miring

Mata Bian terus menatap cewek yang menolehkan kepalanya ke arah lain. Ya ini salah satu sifat brengsek yang dimiliki Daniel. Setiap balapan, yang dipertaruhkan cowok itu hanya dua, cewek atau uang.

"Oke. Gue yang langsung turun tangan." Bian mengulurkan tangannya bermaksud ingin salaman dengan Daniel. Dan Daniel tersenyum sambil menerima uluran tangan Bian.

"Siap-siap, Bi. Lawan lo susah nih." Bisik Daniel sebelum cowok itu berlari ke arah anggotanya dan bersiap-siap untuk melawan Bian.

Setelah Daniel pergi, Revalza langsung menghampiri Bian. "Enggak gue aja?" Revalza menawarkan diri. Karena biasanya, setiap ada balapan cowok itu yang selalu dipilih oleh Bian.

Bian tersenyum miring. "Kali ini biar gue aja." Jawabnya.

"Lo beneran gamau pake cewek itu kan?" Tanya Revalza sambil menatap Bian was-was.

Dan Revalza menautkan alisnya saat Bian hanya tersenyum miring menjawab pertanyaannya.

"Serius lo, nyet?" Tanya Revalza kaget. Tidak biasanya Bian bersikap seperti ini.

Bian tidak menjawab. Cowok itu malah memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya agar segera pergi ke area balapan.

Mereka tidak balapan di area circuit. Daniel sudah mencari area yang sepi dari kendaraan yang berlalu lalang.

Vier berjalan keluar dari mobilnya menghampiri Revalza. "Kok bukan lo yang balapan?" Tanya Vier penasaran.

Revalza menoleh ke Vier. "Gue udah nawarin tadi. Tapi si Bian bilang kalo dia aja." Jawab Revalza

"Tumben. Biasanya kalo taruhannya cewek dia males ikutan."

Revalza tersenyum. "Tadi ceweknya sih cantik." Mendengar ucapan itu dari mulut Revalza, Vier langsung menatap cowok itu dengan horror.

"Serem lo tolol." Segera saja Vier bergabung dengan teman-temannya yang berdiri dipinggir jalan untuk menyaksikan balapan tersebut.

"Pelan-pelan bawa motornya, Bi." Keenan reflek menoyor kepala Sagara saat ucapan itu keluar dari mulutnya.

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang