Part 31

148 12 0
                                    

Bian tersenyum miring ketika mendapatkan pesan singkat dari orang suruhan ayahnya. Mereka mengatakan bahwa kondisi Raiden dalam keadaan aman.

Cowok itu mulai memakai topi hitamnya dan tidak lupa untuk menutupi wajahnya dengan masker kain yang sudah ia siapkan.

"Lo yakin?" Tanya Sasya ketika melihat Bian yang sudah mulai bersiap-siap.

Sorenya setelah belajar sebentar dengan sahabatnya, tanpa membuang waktu lagi ia langsung menghubungi sang ayah untuk meminta bantuan. Bian meminta bantuan ayahnya untuk menurunkan anak buahnya.

Ia tidak mau melibatkan sahabatnya karena ini tindakan yang bahaya. Jadi Bian akan melibatkan ayahnya dan orang suruhan ayahnya untuk urusan ini. Lagipula mereka menolak untuk membantu Bian membunuh Raiden.

Jujur dilubuk hatinya, sebenarnya ia sendiri tidak mau melakukan tindakan kriminal ini. Tapi rasa dendamnya dengan Raiden yang membuat adiknya meninggal jauh lebih besar daripada kata hatinya. Bian tidak peduli jika ia di cap sebagai pembunuh. Yang penting dendamnya sudah terbalaskan.

"Lo tunggu disini ya. Secepatnya gue akan langsung kesini." Ucap Bian sebelum pergi keluar dari mobilnya.

Karena tidak ingin terlihat mencurigakan, Bian melepaskan kembali topi dan maskernya. Kemudian cowok itu menyimpannya kedalam saku hoodienya.

Cowok itu dengan santainya masuk kedalam rumah sakit. Sepeti kebanyakan orang pada umumnya. Ia tersenyum menyapa perawat yang lewat Dihadapannya. Kemudian ia menaiki lift bersama seorang perawat.

"Mau jenguk temennya ya, dek?" Karena takut canggung, Bian akhirnya menjawab pertanyaan itu sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Perawat tersebut hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian perawat melangkah keluar dari lift.

Perasaan lega langsung Bian rasakan. Jujur ia sangat panik karena takut perawat tersebut turun dilantai yang sama dengannya.

Setelah menekan tombol angka delapan dan menunggu lift itu kembali naik, Bian mulai merasa gelisah. Tentu saja, ia akan membunuh orang.

Ting!

Beberapa detik setelah bunyi tersebut, Bian langsung keluar dari dalam lift dan menuju tangga darurat. Ia sudah lumayan mengenal tempat ini karena pemilik rumah sakit ini adalah kerabat ayahnya. Bian sudah diberitahu sebelumnya tentang letak dari rumah sakit ini oleh beliau.

Bian tidak tahu pasti bagaimana rencana ayahnya tentang semua ini. Tapi yang Bian tahu, ayahnya akan membantu dan melindunginya terus.

Sebelum membuka pintu tangga darurat, Bian menoleh ke sekitarnya. Karena suasananya sedang sepi, cowok itu langsung membukanya dan berlari masuk kedalam.

Orang suruhan ayahnya yang merencanakan ini semua. Mereka berkata untuk menyuruh Bian menghabisi nyawa Raiden di rooftop rumah sakit.

Ketika Bian membuka pintunya, cowok itu langsung diperlihatkan cowok yang sedang duduk diatas kursi rodanya dengan kain yang menutupi wajah cowok tersebut.

Dua cowok berseragam perawat yang Bian tahu adalah orang suruhan ayahnya berjalan menghampirinya.

"Kondisinya masih lemah." Ucap salah satu dari mereka.

"Saya harus jemput orang suruhan bapak lagi dibawah. Kamu gapapa kita tinggal sendirian?" Bian menganggukkan kepalanya.

"Sudah tahu kan apa yang harus kamu lakukan?" Bian mengangguk lagi.

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang