Xabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...
Rose meletakan tiga map dimeja yang ada dihadapan kedua anaknya.
"Bunda yang akan urus semua ini. Kalian tinggal pilih mau nentuin masa depan kalian di kampus mana."
Bian mengambil salah satu map itu dan mulai membuka isinya. Cowok itu membaca bagian atas kertas yang ia pegang saat ini.
University California los angles
Setelah membacanya, cowok itu meletakan kembali map itu diatas meja. "Bian mau fokus buat kelas dua belas dulu, nda."
Rose menatap Bian dengan bingung. "Kamu harus kuliah diluar, Bian."
Cowok itu tahu bahwa pilihan ini pasti akan terjadi dihidupnya. Sebenarnya bukan pilihan, tapi di keluarganya ini adalah kewajiban bahwa harus melanjutkan sekolah diluar. Mengetahui kedua orangtuanya juga lulusan kampus luar negri.
"Iya, nda. Bian tahu kok." Jawab cowok itu dengan tenang.
"Tapi Bian gabisa ngambil keputusan ini sekarang. Masih banyak yang harus Bian siapin buat semester dua nanti."
Rose menghela napas ketika mendengar ucapan anaknya. Kemudian wanita itu mengambil kembali map yang berada diatas meja itu.
"Baik kalau begitu."
"Bian boleh bilang ke bunda kalau kamu sudah bulat dengan keputusan kamu ya." Cowok itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Makasih nda atas pengertiannya." Rose tersenyum dan segera beranjak dari duduknya. Ada pekerjaan yang harus ia urus sekarang diruangan kerjanya. Pekerjaan itu sempat tertunda karena ingin bertanya kepada anak pertamanya tentang masa depan cowok itu. Tapi karena belum ada persiapan, Bian menunda menjawab pertanyaanya.
"Waktu lo tinggal sedikit lagi. Masa lo belum ada persiapan mau lanjut kuliah dimana." Vier menatap Bian dengan heran. Biasanya diantara mereka berdua, hanya dirinya yang paling malas memikirkan sesuatu yang berjangka panjang seperti tadi. Tapi Tumben sekali Bian tidak ada semangat membahas tentang perkuliahan.
"Gue belum siap ninggalin orang-orang yang gue sayang disini." Jawab Bian yang membuat Vier menatap abangnya dengan heran. Tidak biasanya Bian seperti ini.
"Anak Altair?" Tanya Vier
"Iya. Mereka juga termasuk." Jawab Bian.
"Tapi kan kalian akan pisah juga pas kuliah. Ga akan bareng selamanya." Bian melirik cowok yang berada disebelahnya ini dengan sinis.
Cowok itu mengetahui bahwa sahabat dekat abangnya itu akan mengambil kuliah diluar negri semua. Mereka memang akan memanfaatkan privilege dari orangtuanya sebaik mungkin.
"Udah sih. Lo bawel banget sama masa depan gue." Ucap Bian tidak suka.
"Ya lagian, lo aneh hari ini. Tinggal jawab doang mau milih kuliah dimana pake segala ngeribetin bunda. Untung aja lo ditanya sama bunda bukan ayah. Kalau ditanya sama ayah, gue yakin bakalan ribet banget karena jawaban lo kayak gini." Vier langsung pergi begitu saja dan masuk kembali ke kamarnya.
Dihari libur yang tersisa tinggal besok dan hari ini, cowok itu memutuskan untuk bermalas-malasan dikamarnya saja. Ia tidak akan menghabiskan waktu diluar rumah.
Berbeda dengan Bian. Cowok itu akan pergi ke markas Altair untuk bertemu dengan Raga dan anak Altair lainnya. Mereka akan membahas pelepasan jabatan ketua Altair untuk Xavier.
Sebelum beranjak pergi menuju kamarnya, Bian mengambil ponselnya, cowok mengetik pesan untuk Alana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.