"Gimana persiapan?" Bian duduk disebelah Vier yang sedang menutup botol minumnya. Cowok itu yang akan bersiap untuk lomba. Sambil menunggu tim lawan bersiap, Bian dan Keenan diperbolehkan memasuki area lapangan untuk memberikan dukungan atau trik sebagai captain basket disekolahnya.
"Doain aja. Sejauh ini aman sih." Jawab Vier sambil melemparkan botol minumnya ke arah Bian.
"Semangat ya. Inget yang gue bilang semalem." Vier menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Bian.
Kedua cowok itu semalam mengobrol perihal yang akan mereka lakukan sekarang. Bian selalu menasihati adiknya agar tidak emosi saat ada lawan yang menjengkelkan. Karena Bian tahu, Vier sangat mudah terpancing emosi.
"Iyaa, berisik lo." Setelah berkata seperti itu, Vier langsung pergi memasuki area lapangan untuk segera bertanding.
Sorakan heboh langsung terdengar ketika kedua tim basket itu sudah berdiri di tengah lapangan untuk segera bertanding. Sekolah mereka memang membawa suporter cukup banyak untuk pertandingan kali ini. Sepertinya sekolah lawan juga sama.
"Gue ke kamar mandi dulu deh." Bian beranjak dari duduknya ketika melihat Rasya keluar dari barisan suporter dan berjalan keluar menuju lapangan indoor.
"Perlu gue temenin?" Tanya Keenan sambil ikutan beranjak dari duduknya. Bian menoleh ke Keenan dan menatap cowok itu tidak suka. "Gue bukan Alana sama Regina yang kalo ke kamar mandi berdua mulu." Jawab Bian yang membuat Keenan tersenyum geli dan kembali duduk memperhatikan pertandingan.
Bian curiga. Wajah Rasya seperti khawatir akan sesuatu. Lagipula cewek itu datang bersama temannya berdua, mengapa ia tidak meminta temannya untuk menemaninya? Aneh.
Bian mengambil langkah yang jauh dari Rasya. Ketika cewek itu melewati koridor, sesekali ia menoleh kebelakang seperti khawatir ada yang mengikutinya. Dan Bian sesekali juga menyembunyikan dirinya dibalik pilar agar tidak terlihat oleh cewek itu.
Rasya berbelok dan berhenti di depan uks. Cewek itu mengetik sesuatu di ponselnya dan tidak lama, dua orang cowok datang menghampirinya.
Karena takut ketahuan, Bian langsung bersembunyi di balik dinding yang tidak jauh dari jangkauan mereka agar bisa mendengar pembicaraan ketiga orang itu.
"Gimana? Azriel udah nanyain nih." Ucap salah satu dari cowok tersebut.
"Gue belum nemu apa-apa. Gue juga gabisa ngasih informasi yang belum pasti beneran atau enggak." Jawab Rasya dengan nada ragu.
"Lo udah hampir dua minggu sekolah disana masih belum bisa ngasih apa-apa ke kita." Bentak cowok itu yang membuat Bian kaget saat mendengar suaranya.
"Jangan bilang kalo lo udah mihak mereka?" Napas Bian memburu mendengar ucapan tersebut. Benar kan dugaannya.
"Enggak. Gue lagi cari tahu semuanya tentang Bian." Jawab Rasya sambil meringis kesakitan karena tangan cewek itu dicengkeram.
"Tuh cowok susah banget dicari kelemahannya."
"Kalo besok lo belum kasih informasi apapun. Gue gabisa janji Azriel gabakal sakitin cowok lo." Ancaman yang Bian dengar mampu membuat cowok itu keluar dari persembunyiannya dan berjalan menghampiri mereka.
"Kak Bian?" Rasya kaget dengan kedatangan Bian disini.
Kedua cowok itu langsung menoleh ke arah Bian. Sama seperti Rasya, mereka juga kaget melihat kedatangan Bian.
"Bilangin Azriel, jangan jadi orang bangsat." Bian menatap tajam ke arah mereka berdua.
"Suruh dia samperin gue langsung. Gue tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Roman pour AdolescentsXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...