"Temen kalo dateng kerumah tuh disediain minum, Bi. Gaada adab banget lo." Kata Sagara yang baru saja menginjakkan kakinya dikamar Bian.
Setelah melihat Azriel disekolah tadi, malamnya Bian langsung menyuruh anak Altair untuk berkumpul dirumahnya. Bian harus mengambil langkah yang cepat sebelum cowok itu berani mengusik hidupnya lagi.
"Kayak tamu aja lo. Ambil sendiri di dapur." Keenan melirik Sagara sinis. Memang Bian selalu berkata bahwa anggap saja rumahnya seperti rumah mereka sendiri. Jadi tidak usah sungkan untuk mengambil apapun.
Sambil menunggu anggota Altair lainnya, Dimas, Bian, Danillo dan Edgar bermain PlayStation. Sisanya seperti Revalza, Deff, Razan, Naren, dan Azka sibuk memainkan ponselnya. Beberapa dari mereka memutuskan untuk tidak hadir karena sudah terlalu larut malam untuk pergi kerumah Bian.
"Megan sama Rafael dimana?" Tanya Bian yang masih memfokuskan dirinya bermain.
"Udah mau sampe. Tunggu in aja." Jawab Sagara sambil berjalan keluar dari kamar Bian untuk mengambil minum di dapur.
Beberapa menit kemudian cowok itu kembali bersama dengan Megan dan Rafael. "Assalamualaikum, cogan disini." Sapa Megan sambil tersenyum ke arah teman-temannya, cowok itu malah mendapat lirikan sinis dari mereka.
Melihat orang yang mereka tunggu sudah datang, Bian langsung menghentikan permainannya diikuti oleh Dimas, Danillo, dan Edgar. Dan mereka mulai berkumpul untuk membahas rencana mereka.
Kamar Bian memang cukup luas untuk mengajak anak Altair berkumpul. Karena yang datang juga tidak semuanya, jadi cowok itu memutuskan untuk membahas ini dikamarnya saja daripada ruang bermainnya. Lagipula disana ada teman-teman lesnya Vier.
"Gimana? Kok bisa si anjing ke sekolah kita." Tanya Revalza langsung membuka topik pembicaraan.
"Gue lagi nungguin Vier tadi di gerbang sekolah. Dia berhenti didepan gue terus nyapa gue." Cerita Bian yang mendapat perhatian oleh teman-temannya.
"Dia bilang kalo dia pamit lagi. Bangsat, berarti dia udah sering main ke sekolah kita." Bian baru teringat sesuatu. Tadi Azriel berkata 'lagi'. Itu artinya cowok itu beberapa kali mampir ke sekolahnya.
"Rencana lo apa?" Tanya Megan yang membuat Bian menoleh ke arah cowok itu bingung.
"Kasih dia gertakan dulu aja. Kita serang anggota Nuanza buat jadi peringatan Azriel." Saran Deff membuat semua yang berada dikamar Bian langsung menoleh ke arahnya.
Bian ragu. Satu sisi ia tidak suka kekerasan tapi satu sisi Azriel perlu dikasih peringatan.
Dimas menepuk bahu Bian. Cowok itu seperti mengerti isi pikirannya. "Masalah kayak gini gabisa di selsain kalo gapake kekerasan. Lagian gausah labil, lo mau bunuh Raiden juga pake kekerasan kan." Bian menoleh ke arah Dimas. Cowok itu tersenyum miring sambil menatap Bian.
"Lo atur rencana penyerangan bareng sama Megan." Deff dan Megan menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Bian.
Untuk masalah penyerangan, Bian selalu menyerahkan kepada kedua cowok itu. Deff dan Megan diibaratkan seperti fighter di Altair.
"Sisanya biar gue sama Reval yang urus." Ucapan Bian membuat teman-temannya menganggukkan kepala.
"Jadi gimana nih ultah Alana?" Tanya Rafael penasaran. Cowok itu tahu dari grup chat bahwa Sagara tadi berkata, Bian akan mengajak anak Altair untuk membantunya menyiapkan kejutan ulang tahun Alana.
"Itu bisa dibahas nanti." Jawab Bian
"Empat hari lagi kan? Lo emang udah ada rencana apa?" Tanya Rafael lagi. Entah mengapa cowok itu selalu senang jika berhubungan dengan surprise ulang tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Teen FictionXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...