Part 04

509 39 0
                                    

"Mau kemana lo?" Tanya Bian ketika ia sesampainya ia diruang makan dan melihat Vier yang sudah cepat-cepat beranjak dari kursinya.

Cowok yang ditanya itu meneguk segelas kopi susunya dan menoleh ke arah Bian. "Sekolah lah, masa ke Dubai." Jawabnya

Bian melirik smartwatch di pergelangan tangannya. "Masih juga jam segini. Kan biasanya lo lebih telat daripada gue." Sindir Bian yang membuat Vier menatap abangnya itu dengan sinis.

"Kan gue mau berubah jadi lebih baik lagi. Enggak suka aja lo." Jawab Vier yang langsung berlalu pergi meninggalkan abangnya yang menatap cowok itu dengan heran.

Sebenarnya Bian tidak terlalu ingin memikirkan tingkah adiknya. Tapi dua hari belakangan ini, setiap Bian berangkat sekolah ia tidak pernah melihat adiknya dirumah. Cowok itu selalu pergi lebih dulu darinya.

Karena tidak mau memikirkan lebih lama, Bian cepat-cepat menghabiskan sarapannya untuk segera pergi kesekolah.

Karena perjalanan menuju sekolah sedikit merayap, jadilah Bian sampai disekolah lima menit menuju bel masuk. Alhasil cowok itu tidak bisa ikut berkumpul bersama teman-temannya di lapangan indoor.

"Telat lo, men?" Tanya Keenan yang baru masuk kelas dan melangkahkan kakinya menuju kursi miliknya yang tepat berada di sebelah Bian.

"Eh, si Vier lagi deket sama anak baru?" Tanya Keenan yang membuat Bian langsung menoleh ke arahnya.

"Rasya maksud lo?" Bukannya menjawab pertanyaan Keenan, Bian malah balik bertanya.

"Iya."

"Belakangan ini pas gue baru sampe sekolah, gue suka liat adek lo bareng sama si Rasya itu." Lanjut Keenan sambil mengeluarkan buku sejarahnya dari dalam tas

Bian terdiam sebentar memikirkan ucapan Keenan. Jadi alasan Vier berangkat lebih dulu karena ingin menjemput cewek itu dirumahnya atau menuju kelas bersama.

"Mereka berangkat bareng?" Tanya Bian lagi

"Gatau. Gue lihatnya pas mereka lagi jalan bareng ke koridor." Jawab Keenan

"Wajar sih Rasya cakep, Bi."

"Yang gue takut malah tuh cewek jadi ancaman anak Alaska." Ucap Keenan

"Nanti gue coba omongin sama Vier." Keenan menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Bian.

Dipikirannya sekarang bukan Rasya yang menjadi ancaman. Tapi menurutnya, cewek itu yang mencurigakan. Untuk apa ia berdekatan dengan Vier? Entah itu adiknya yang mendekati atau sebaliknya, Bian tidak peduli.

Sebenarnya ia tidak mau berpikiran jelek. Tapi bisa saja cewek itu dikirim oleh Azriel sebagai upaya pembalasan dendamnya karena abangnya telah dibuat koma oleh Bian.

Bukan membanggakan diri, tapi Bian merasa dirinya selalu mempunyai firasat yang kuat.

Banyak hal sebelumnya yang awalnya hanya Bian tebak dan itu malah menjadi kenyataan. Dan raga, ketua Altair sebelumnya pernah berkata bahwa salah satu alasan ia memilih Bian sebagai ketua Altair adalah karena cowok itu mempunyai firasat yang kuat akan sesuatu.

Dan untuk membuktikan hal itu apakah benar atau tidak, Bian akan buktikan sendiri.

"Mustahil kuuu hidup dengannnmuuuu..."
Sagara memejamkan matanya mendalami lirik lagu Afgan yang sedang ia nyanyikan.

Dimas yang sedang berada di sebelah Sagara langsung menoyor kepala cowok itu karena merasa terganggu. Dimas, Sagara, Keenan, dan Danillo memang sedang berada dikantin. Keempat cowok itu mencuri kesempatan karena seluruh wali kelas dua belas sedang rapat bersama kepala sekolah.

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang