Setelah memarkirkan mobilnya didalam garasi rumah Bian, Keenan keluar dari mobilnya berbarengan dengan Alana.
"Cheese cake nya udah dikeluarin?" Tanya Keenan basa-basi. Keenan bisa lihat bahwa cewek itu sedikit ragu untuk bertemu dengan pacarnya.
Tadi sebelum kesini, Keenan menawarkan Alana untuk membelikan Bian makanan kesukaannya. Walaupun Alana sempat menolak, Keenan tetap pergi ke toko kue langganan mereka. Sebenarnya hanya alibi karena ketiga sahabatnya sudah sampai sana dan berkata bahwa Rania dan Sasya masih ada dirumah Bian.
Setelah itu, Keenan baru mengajak Alana kesini setelah Danillo berkata bahwa kedua cewek itu sudah pergi.
"Yang lain udah pada nyampe ya?" Tanya Alana ketika Keenan merangkul bahunya untuk mengajaknya jalan berbarengan.
"Udah. Kita kan tadi beli cheese cake dulu." Jawab Keenan.
Setelah sampai didepan kamar Bian, cewek itu menahan tangan Keenan menyuruhnya untuk berhenti sebentar.
"Lo gapapa?" Tanya Keenan penasaran. Ia bingung dengan sikap Alana sekarang.
Alana menggelengkan kepalanya. "Yuk masuk." Ajak cewek itu sambil tersenyum hangat.
"Hai." Suara tersebut langsung membuat Bian terpaku melihat orang yang berdiri dibalik pintu kamarnya.
Cewek itu berjalan ke arahnya dan duduk dipinggir tempat tidur Bian. "Kamu abis berantem ya?" Bian memperhatikan wajah pacarnya yang menatap dirinya dengan khawatir.
"Tadi udah diobatin belum? Aku ambil kotak p3k dulu ya dibawah." Ucap Alana sebelum pergi dari kamar Bian untuk mengambil alat medis itu.
Bian terlalu kaku untuk menahan tangan Alana. Sebenarnya tadi lukanya sudah diobati oleh Rania, tapi Bian tetap ingin Alana mengobatinya. Ia sangat rindu dengan pacarnya ini.
"Alana terlalu baik buat manusia setengah iblis kayak lo." Tidak ada bantahan dari Bian ketika cowok itu mendengar ucapan Dimas. Memang benar ucapan cowok itu.
"Dia rela kesini buat ketemu sama lo. Tolong hargain waktu dari dia, Bian." Keenan menatap tajam Bian. Ia tidak ingin melihat cewek itu sedih seperti sebelumnya.
Tadinya Bian ingin membalas ucapan Keenan. Tapi Alana sudah kembali ke kamarnya dengan membawa kotak p3k yang ia ambil tadi.
Cewek itu dengan perlahan mulai membuka botol yang berisikan alkohol dan menuangkannya sedikit diatas kapas. Saat Alana ingin menyentuh kapas itu dengan luka Bian, ia menautkan alisnya karena melihat luka yang ingin ia bersihkan seperti sudah diobati.
Seperti tahu apa yang dipikirkan pacarnya, Bian tersenyum. "Obatin lagi aja gapapa."
Alana ikutan tersenyum dan dengan perlahan membersihkan luka Bian. Sesekali cowok itu meringis kesakitan ketika kapas yang berisikan alkohol itu menyentuh bagian lukanya.
"Tahan sebentar ya." Alana menggunting kasa dan plester itu. Kemudian ia menempelkannya pada luka Bian yang masih basah.
Cewek itu tersenyum ketika telah selesai mengobati pacarnya. "Jangan buat aku khawatir lagi."
Bian menghela napasnya dan tersenyum. "Makasih ya, Alana."
"Oh iya, aku lupa." Cewek itu teringat sesuatu yang ia ingin berikan pada Bian. Segera saja Alana mengambil plastik berisikan cheese cake yang tadi ia beli bersama Keenan.
Alana memberikannya pada Bian. "Aku suapin ya?" Tanya Alana yang membuat Bian menganggukkan kepalanya.
Karena takut menyentuh lukanya, Alana sangat berhati-hati saat memasukan sendok pada mulut Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
XA's Brother
Fiksi RemajaXabian Elzavero, cowok yang biasa disapa Bian ini adalah ketua dari perkumpulan orang yang paling disegani disekolahnya. apalagi kalau bukan Altair crew. anak pertama yang mempunyai dendam kepada orang yang telah membunuh adik kesayangannya. dengan...