Part 38

504 12 0
                                    

Langit siang ini sangat mendung. Ia seperti tahu yang dirasakan oleh kerabat dan teman yang menyaksikan pemakaman Xabian hari ini.

Beberapa dari mereka masih menangis seperti tidak rela bahwa orang yang amat mereka sayangi benar-benar akan pergi. Termasuk Rania, Sasya, dan Alana. Ketiga cewek yang sangat mengenal Bian itu daritadi tidak menghentikan tangisannya melihat Bian yang mulai dikebumikan dibawah sana.

Dalam pelukan Keenan, cewek itu terus saja Terisak dalam tangisannya. Dibelakang Alana ada Danillo yang siap menangkap tubuh Alana jika cewek itu kembali tidak sadarkan diri.

Setelah semua yang hadir memanjatkan doa dan menaburkan bunga diatas pemakaman Bian. Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan area pemakaman untuk kembali pulang. Takut terjadi hujan karena cuaca sudah sangat gelap sekarang.

Tidak terkecuali bagi semua anak Altair, Alaska dan ketiga cewek itu. Bahkan kedua orang tua Bian juga memutuskan untuk pulang duluan karena bundanya yang tidak bisa menahan tangisannya daritadi.

Semua yang masih berada dimakam Xabian tidak ada yang berusaha menghentikan tangisannya. Mereka kehilangan sosok yang sangat berarti dihidup mereka semua. Bahkan Raga ikut berada diantara mereka. Dan cowok itu juga menangisi kepergian Bian.

Semestinya hari ini mereka semua berkumpul dirumah Bian untuk merayakan penyerahan ketua Altair selanjutnya. Tapi sekarang mereka malah berada disini untuk menyaksikan ketua Altair dimakamkan. Memang takdir selucu ini.

Tetesan air hujan mulai berjatuhan. Keenan menoleh ke arah sahabatnya yang mulai menganggukkan kepala. Mereka memberikan kode kepada Keenan agar mengajak Alana pulang.

"Na, udah mulai gerimis. Kita pulang ya." Ajak Keenan dengan suara selembut mungkin. Ia sebenarnya sangat tidak tega melihat Alana seperti ini. Jujur, keadaan cewek itu sangat mengenaskan.

Alana menggelengkan kepalanya. "Gue mau disini sama Bian." Jawabnya.

"Nanti lo sakit, Na. Bian kan paling gasuka ngeliat lo..."

"Kalian pulang aja." Ucap Alana dengan cepat.

"Alana.." panggil Keenan dengan suara lembut.

Alana menoleh ke arah Keenan. "Gue gamau Bian kehujanan."

Keenan menghela napasnya. Cowok itu mengisyaratkan untuk menyuruh sahabatnya pergi darisini. Ia akan mencoba pelan-pelan mengajak Alana pulang.

"Na, Bian paling gasuka ngelihat lo sakit. Kalo lo emang sayang sama dia, lo pasti gamau ngelihat dia sedih diatas sana kan?" Alana yang sedang menundukkan kepalanya kembali menatap Keenan setelah mendengar ucapan cowok itu.

"Untuk kali ini, Alana. Tolong nurut ya?" Masih terdengar isakannya, Alana menganggukkan kepalanya dan beranjak darisana dibantu oleh Keenan.

Sebelum melangkahkan kakinya, cewek itu menyentuh batu nisan yang bertuliskan nama Bian disana.

"Bi, aku pamit ya? Besok aku main kesini lagi."

"Baik-baik ya sayang disana."

Tidak mau Alana kembali menangis, dengan perlahan Keenan membawa cewek itu untuk segera pergi meninggalkan area pemakaman.

Kediaman Bian kembali ramai dengan orang-orang. Terutama teman kerja ayahnya atau bundanya. Mereka mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang