Part 19

149 8 0
                                    

Bian dibuat kaget ketika cowok itu baru memasuki kamarnya dan sudah melihat anggota inti Altair sudah berkumpul disana.

"Ngapain kalian disini?" Tanya Bian bingung sekaligus kaget. Ia berpikir mungkin teman-temannya masih dirumah Alana untuk menghabiskan waktu disana. Ternyata dugaannya salah, sahabat-sahabatnya itu malah sekarang berada dikamarnya.

"Abis darimana lo seharian?" Tanya Revalza sambil menatap Bian tidak suka.

Bian memang baru sempat pulang kerumahnya sore ini karena ternyata Sasya baru bisa sampai jam dua. Cewek itu kembali menyuruh Bian untuk menunggunya menyiapkan baju dan membersihkan diri dulu baru cewek itu akan segera kembali kerumah sakit.

Alhasil Bian baru bisa sampai dirumahnya pada jam setengah lima sore.

"Ada.."

"Ada urusan." Keenan langsung memotong pembicaraan Bian dengan nada bicara yang meledek.

"Urusan lo penting banget sampe gabisa dateng ke ulang tahun cewek lo?" Keenan beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Bian.

"Brengsek lo jadi cowok. Alana gabisa berhenti nangis karena lo gaada disana." Keenan menatap Bian tajam.

"Gue ngomong sama lo sebagai sesama cowok, bukan anggota Altair ke captainya."

"Lo bangsat, Bian." Keenan menoyor kepala Bian.

Bian hanya diam. Cowok itu pantas menerima kemarahan sahabatnya.

"Lo yang udah rencanain semuanya. Lo yang ngancem kita semua harus ikut ramein, lo yang sibuk sendiri ngambil kue dan segala macemnya. Tapi kenapa malah lo yang gabisa?" Deff akhirnya buka suara. Cowok itu sudah muak dengan kelakuan Bian akhir-akhir ini.

"Lo yang selalu ngajarin kita buat jadi gentle, Bian."

"Kenapa malah lo kayak gini sekarang?"

Wajar Keenan marah. Bian selalu menjadi panutan untuk mereka semua. Bian yang selalu mengajari mereka untuk tidak menjadi sampah dan menghormati perempuan. Walaupun Bian tidak berkata secara langsung, tapi perlakuan cowok itu kepada cewek lain sangat membuat sahabatnya terkesan dan menjadi contoh untuk mereka.

"Ada yang gue rencanain." Bian akhirnya buka suara. Ia tidak bisa terus menerima kemarahan sahabatnya tanpa mendengar sisi dari dirinya sendiri.

Bian menghela napasnya. "Gue punya perjanjian sama orang yang bakalan bantuin gue buat dapet kelemahan Azriel." Jelas Bian yang membuat sahabatnya itu langsung menoleh ke arahnya.

"Namanya Sasya. Dia anaknya temen nyokap gue."

"Kalian kenal Rania yang dijadiin bahan taruhan sama Daniel kan?" Ketujuh cowok itu menganggukkan kepalanya menjawab ucapan Bian.

"Dia adiknya Sasya. Dunia sempit banget kan."

Bian sebenarnya ragu untuk mengeluarkan kata-kata selanjutnya kepada sahabat-sahabatnya. Tapi ini poin pentingnya.

"Gue punya perjanjian sama Sasya."

"Gue bakalan jagain adiknya biar enggak dibully lagi sama anak Dallas dan temen-temen sekolahnya."

"Sementara imbalannya, Sasya bakalan cari tahu kelemahan Azriel karena dia satu kelas sama Azriel." Bian menjelaskan sedetailnya kepada mereka.

Ketujuh cowok itu tidak ada yang membuka suara. Masih bingung dengan maksud omongan Bian.

"Gue harus jadiin Rania pacar gue biar gaada yang bisa ganggu dia lagi." Ucap Bian yang membuat sahabatnya itu menatap tidak percaya.

"Berarti selama ini lo sibuk sama dia?" Keenan menatap sahabatnya itu tidak percaya.

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang