09

7K 1K 71
                                    

_09_

 Suasana dorm mendadak berubah. Setelah perkataan Jisung tidak ada satu pun yang bicara. Jeno hanya menghela nafas.

"Lantas kau mau apa kalau memang bukan anaknya? Aku sendiri juga bukan anak kandung kedua orang tuaku." ujar Jeno yang membuat lainnya lebih terperangah lagi.

"Orang tua kandungku tewas sejak lama, mungkin saat usiaku dua tahun? Sekitar itu." ujar Jeno, Johnny yang mendengar itu tersentak.

"Aku bahkan baru tahu jika aku punya saudara kembar, tapi aku sendiri tidak tahu siapa dan bagaimana saudara kembarku berada. Aku punya saudara yang tidak tahu dimana keberadaannya sekarang. Adik terkecilku tidak tahu dibawa siapa, kakak sulungku, kakak keduaku, dan kakak ketigaku, aku juga tidak tahu dimana mereka." ujar Jeno panjang, semakin Johnny mendengarkannya, semakin dibuat diam dirinya.

Jisung bangun dari posisinya dan menatap salah satu hyungnya itu lalu melirik Johnny.

"Kau tahu hyung aku hanya merasa kecewa, kenapa tidak bicara lebih awal, kenapa menyimpannya begitu lama? Kau tahu? Aku merasa bodoh saat mendengarnya tadi dari mulut appa." ujar Jisung.

"Itu yang aku rasakan saat aku mengetahui semuanya, itu yang aku rasakan juga, namun aku sadar, jika pun kita tahu lebih awal, tetap saja kita tak akan bisa melakukan apa-apa." ujar Jeno.

"Bangun!" Jisung bangun dengan bantuan Jeno yang mengulurkan salah satu tangannya. Johnny berpikir, tenaga anak ini sekuat apa? Dia membantu Jisung bangun dengan menariknya dengan satu tangan.

"Hadapi saja apa yang memang harus kau hadapi, toh mereka tetap orang yang sudah membesarkan kita, mereka sudah merawat kita sampai seperti ini, jadi tugas kita hanya menemukan siapa saja anggota keluarga kita, itu saja." ujar Jeno.

"Kalau kau masih merasa kecewa dinginkan kepalamu sana!" Jisung mendelik dan menginjak kaki hyungnya kuat sebelum pergi dari hadapan semua hyungnya di sana.

"YAK! PARKK!!!" Jeno meringis sakit sembari memegangi kakinya yang tadi diinjak oleh Jisung.

"Lee Jeno, bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" Taeyong bertanya dengan nada berbahaya. Jeno melirik Johnny yang mengangkat kedua bahunya.

'Kakak satu ini tidak membantu sama sekali. Ah iya aku lupa, dia ini kan takut dengan Taeyong hyung.'  Jeno melepaskan training gloves miliknya dan menatap semua membernya.

"Tidak akan aku jelaskan apa-apa." Jeno berjalan dan berlalu dari sana, namun saat melewati Johnny-

"Brother Al, I'm so depressed waiting for you. This poor little brother, Xander, need you to pick him up." mata Johnny melebar dan berbalik menatap Jeno yang masuk ke dalam kamarnya.

"Xa- Jeno!" Johnny segera bergegas, namun sayang kamar adiknya itu dikunci dari dalam.

"Anak ini!" kesal Johnny.

"Ada apa John?" tanya Taeyong, Johnny menggeleng dan berbalik menatap Taeyong.

"Ayo kembali saja, anak-anak ini bikin sakit kepala." ujar Johnny dan pamit lebih dulu, sedangkan Taeyong hanya bisa menghela nafas.

"Mark! Awasi adik-adikmu di Dream!" Mark hanya bisa mengangguk pasrah.

***

"Bukan?" tanya Jaehyun, Nyonya Na mengangguk.

"Suamiku membawa pulang seorang anak yang sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri, terserang demam karena terlalu banyak menangis. Aku memanggil dokter dan dokter bilang anak itu akan bangun besok dan akan sembuh dua hari setelahnya. Aku tidak bertanya padanya darimana anak itu berasal karena saat itu wajahnya sangat panik." Jaehyun diam mendengarkan.

[NCT] J SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang