_43_
"Kami akan mengambil alih semua penyelidikan kalian, membuat kalian hanya fokus pada satu orang, Adolfo Lawrance." Ujar Paul pada enam Jacques di depannya.
"Jika kasus yang lain silakan, tapi untuk kasus milik keluarga Na, biar aku tetap yang mengurusnya." Pinta Jaemin pada Paul yang menatapnya.
"Ternyata memang ada sesuatu di perusahaan, benar?" Jaemin diam.
"Kau punya rencana sendiri?" tanya Kapten Eden pada Jaemin yang dijawab dengan keterdiaman.
"Apapun itu, kasus kecelakaan yang dialami oleh appa, eomma, dan aku, biar aku sendiri yang mengurusnya, begitu juga dengan kasus perusahaan keluarga Na. Aku tak bisa menyerahkan pengawasan kasus pada orang lain, meski itu orang terbaik dan terpercaya sekalipun." Ujar Jaemin, dia berdiri dari duduknya lalu pergi ke kamar.
Jisung menatap heran hyung beda dua tahunnya itu, dia ada di kamar, berdua dengan Jaemin, yang lain masih ada di luar bersama Paul dan Kapten Eden juga member lainnya.
"Kau melakukan apa yang aku minta kan?" tanya Jaemin pada Jisung yang kini duduk di depannya.
"Hyung, aku memang melakukan ini, bahkan aku tidak mengatakannya pada hyungdeul juga Daddy dan mommy, apa kau tidak bisa percaya padaku? Kau menolak memberikan alasan." Jaemin menatap sang adik dengan pandangan datar, pandangan yang sangat Jisung hindari, arti dari tatapan itu ada dua Jaemin marah atau Jaemin tersinggung.
"Jika aku tak percaya padamu, aku tak akan meminta bantuanmu." Ujar Jaemin.
"Xavi- Sehun hyung dan Jongin hyung juga harus aku tipu, aku tak bisa membohongi mereka berdua, mereka yang bersamaku selama masa pelatihan, yang menemaniku dan mengurusku di 'agensi'. Baiklah, maafkan aku yang sepertinya tidak percaya padamu. Tapi, apa kau benar tidak akan menjelaskan apapun padaku?" tanya Jisung.
Jaemin nampak diam di tempatnya, dia menunduk, memainkan jemarinya sebelum berdiri, Jisung mendongak menatap hyung cantiknya satu itu.
"Ikut aku!" Jisung mengekori Jaemin yang keluar kamar, mereka keluar lewat pintu belakang dekat dapur tanpa ada yang menyadarinya. Keduanya melangkah menuju gudang yang jaraknya beberapa langkah dari rumah.
"Ayo masuk!" Jisung ikut melangkah masuk, dia menutup pintu gudang rapat. Dia melangkah mengikuti langkah Jaemin ke sebuah pintu, dimana saat dibuka, ada tangga yang menuju ke arah bangunan di bawah gudang.
"Jangan lupa tutup pintu." Jisung mengangguk.
Jaemin terus menuruni anak tangga tersebut, sampai dihadapkan pada sebuah lorong panjang, yang tiap sisinya terdapat lampu dinding.
"Hyung, ini mengarah kemana?" tanya Jisung.
"Ke ruang rahasia di kediaman kedua Na. Appa dan eomma memiliki sebuah rumah lain, rumah persembunyian yang dimana keberadaannya hanya diketahui oleh kakek, nenek, appa, eomma, dan aku. Kau ingat kan saat perjalanan kemari ada satu rumah lagi yang jaraknya tidak jauh dari sini?" Jisung mengangguk.
"Itulah rumah kedua Na." tutur Jaemin.
"Kalau di gudang ini ada lorong, bukankah berarti rumah atau katakanlah dorm yang kita tempati ini termasuk salah satu aset keluarga Na?" Jaemin mengangguk.
"Woah! Kau sekaya apa sebenarnya?!" Jaemin hanya terkekeh.
"Kau sudah tahu dari awal kalau kita akan dikirim kemari?" Jaemin menggeleng.
"Aku sama seperti kalian, tidak tahu apa-apa pada awalnya. Aku hanya diminta untuk pergi ke rumah ini oleh atasanku, aku selalu mencari waktu sendiri, dimana tidak ada orang yang berada di sekitarku, supaya aku bisa mengakses tempat ini. Aku tahu lorong ini dari ketuaku yang ternyata juga tahu mengenai kediaman kedua Na." jelas Jaemin.
"Ah kita sampai." Ada pintu di depan mereka, pintu yang hanya bisa dibuka dengan kartu akses milik penghuni rumah.
"Ayo masuk!" Jisung diam mengikuti langkah sang kakak. Di dalam dia langsung dihadapkan pada beberapa layar besar, tiga komputer, dan jejeran rak-rak besar berisi-
"Rak kasus?" tanya Jisung.
"Benar, aku adalah pemain di belakang layar, aku jarang turun langsung, itulah mengapa tempatku seperti ini. Aku mengawasi semua pergerakan dari sini, di luar sana, partner kerja yang membantuku memantau." Jelas Jaemin.
"Duduklah!" Jaemin mempersilakan adiknya duduk di sofa yang memang ada di sana. Jaemin melangkah ke arah sebuah tangga dan mendorongkan ke arah rak ketiga, lalu Jaemin naik ke sana, dia menarik keluar sebuah file.
"Apa itu hyung?" tanya Jisung.
"Ini adalah file tentang kasus yang dilakukan oleh paman. Dulu aku tidak tahu jika Adolfo Lawrance itu adalah pamanku, paman kita, aku benar-benar tidak tahu mengenai Jacques atau apapun mengenai keluarga kita. Aku mulai tertarik menyelidiki kasus paman ketika aku hiatus dari Dream, tahun 2017, dan ini adalah file berisi informasi yang aku kumpulkan tahun 2017 lalu." Jisung meraihnya dan mulai membukanya satu demi satu.
"Selama satu tahun kau menemukan dua puluh kasus penipuan yang dilakukan oleh paman, pencucian uang, eh? Jual beli narkoba jenis morfin?" Jaemin mengangguk.
"Orien Company, itu bukan murni perusahaan IT." Jisung menoleh ke arah sang hyung.
"Lalu?" tanya Jisung.
"Orien Company adalah perusahaan pengumpul informasi, kami bekerjasama dengan pihak pertahanan dan keamanan negara. Banyak data penting yang kami kumpulkan. Tidak semua orang tahu mengenai ini, hanya orang-orang tertentu." Ujar Jaemin.
"Lalu para petinggi yang aku selidiki sesuai permintaanmu itu, apa tidak tahu mengenai keaslian bentuk perusahaan?" tanya Jisung.
"Tidak, mereka tidak tahu. Meski kami adalah perusahaan informasi, namun ada beberapa informasi yang tidak kami miliki, sehingga kami harus mengumpulkannya dan menyimpannya." Jisung mengangguk paham.
"Lalu kenapa hyung tidak menjawab saat ditanya tadi?" tanya Jisung.
"Ada member lain, kalau hanya kita dan mereka berdua saja aku tidak masalah, tapi di sana tadi beberapa member berseliweran." Jawab Jaemin.
"Tidak heran." Gumam Jisung.
"Apa Haechan hyung tahu?" tanya Jisung.
"Dia tidak mungkin tidak tahu, namun dia memilih diam." Ujar Jaemin.
"Tunggu, semua data pegawai harusnya ada di sini kan?" Jaemin menggeleng.
"Kami memang perusahaan informasi, tetapi informasi mengenai pegawai yang 'masih' bekerja tidak akan bisa kami dapatkan, kecuali dia sudah berhenti. Informasi mengenai Wakil direktur, sekretaris, dan yang lain baru muncul setelah informasinya kau dapatkan." Jawab Jaemin.
"Hanya informasi umum saja yang kami ketahui tentang para pegawai." Sambung Jaemin.
"Kalau begitu terjawab sudah pertanyaan di kepalaku mengapa kau memintaku mendapatkan informasi padahal punya banyak file." Ujar Jisung.
"Sebenarnya perusahaan sudah jarang mengumpulkan informasi, kau tahu sendiri wakil direktur dan sekretarisnya tidak tahu apa-apa mengenai bentuk asli perusahaan. Perusahaan kami kekurangan informasi, sehingga setelah tahu akan semua kejanggalannya, aku mulai mencari banyak informasi lagi melalui 'orang-orang'ku." Jisung mengernyit.
"Hyung sudah punya anak buah tapi menyusahkanku." Jaemin terkekeh mendengar gerutuan adiknya.
"Karena orang-orang itu mengurus masalah perusahaan, bukan masalah ini, jadi untuk masalah ini aku meminta bantuanmu. Aku saat ini harus menyiapkan bukti-bukti dan membuat semua bukti itu tidak terkontaminasi apapun." Jisung mengangguk paham.
"Semua informasi ini, kenapa tidak kita bawa pada hyungdeul?" tanya Jisung.
"Aku tidak bisa membawanya. Yang kau baca itu adalah satu dari lima file." Jisung menatap kaget.
"Ini- ini belum semua?!" Jaemin mengangguk.
"Yang kau bawa itu adalah informasi yang aku kumpulkan sendiri, dan sisanya adalah informasi yang dikumpulkan oleh anak buahku." Jawab Jaemin, Jisung menatap tak percaya file di tangannya.
"Sebenarnya, sebanyak apa kejahatan paman?"
***
_43_
KAMU SEDANG MEMBACA
[NCT] J SQUAD
FanfictionHidup dengan penuh kerahasiaan itu tidak menyenangkan loh~ Start : 25 July 2021 End. : -