30

6.6K 895 120
                                    

Jisung membereskan semua berkas yang baru saja ia kerjakan, belum semua selesai, karena pikirannya masih melalang buana akibat pertanyaan Chenle mengenai bagaimana jika kedua orang tuanya masih hidup, saat ia tanya kembali pada Chenle, pemuda Zhong itu tidak menjawab dan justru pergi, membuatnya makin curiga jika Chenle tahu sesuatu mengenai kedua orang tuanya.

"Sudah selesai?" Jisung menoleh dan menemukan Jaehyun yang keluar dari kamar.

"Tinggal setengah, hyung selesaikan setengahnya, ini kan tugas hyung bukan tugasku!" Jaehyun hanya menunjukkan cengiran tak berdosanya, membuat adik bungsunya ini ingin sekali mencakar wajah tampan hyungnya, tapi ia sadar, wajah hyungnya itu aset jadi tidak bisa dilukai begitu saja.

"Iya iya, hyung yang lanjut kerjakan nanti, oke?" Jisung mengangguk dengan wajah masih merengut kesal.

"Sudah! Jangan cemberut begitu! Jelek itu, ayo senyuuummm~" Jaehyun menyentuh pipi Jisung dan menariknya ke dua arah berbeda.

"Hyuuuuunggggg!!!!!" Jaehyun tertawa dan melepaskannya.

"Makanya jangan cemberut, pergilah bersiap, Johnny hyung juga sedang bersiap di kamar." Jisung mengangguk, dia pun memilih segera masuk kamar dan bersiap. Jaehyun menatap berkas di tangannya, dia duduk dan meraih pensil yang ditinggalkan oleh Jisung.

"Jaehyun" pria berlesung pipi itu mendongak dan menemukan Kun memanggil namanya.

"Ada sesuatu hyung?" tanya Jaehyun, Kun duduk di sebelah Jaehyun dan menyodorkan ponsel yang merupakan milik Jaemin.

"Saat aku membereskan kamar Jaemin, Jeno, dan Jisung tadi aku menemukan ponselnya terjatuh di dekat kaki kasur, sepertinya kemarin tidak ada yang menyadarinya. Saat aku hendak meletakkannya di atas meja nakas, ada e-mail masuk, aku tidak membukanya. Tadinya mau aku cari Jisung tapi ternyata saat aku temukan anak itu sedang sibuk, jadi aku membawanya lalu lanjut beres-beres dan baru ingat." Jaehyun mengangguk, dia menerima ponsel adiknya dan menyalakannya. Ada notif e-mail masuk memang, namun Jaehyun tidak tahu itu dari siapa.

"Tidak kau buka? Siapa tahu penting?" tanya Kun. Jaehyun terdiam sesaat sebelum jemarinya membuka ponsel Jaemin, dia segera membuka e-mail masuk tersebut. Kun tidak ikut membaca, dia justru terfokus pada sebuah laporan yang dibaca Jaehyun, diraihnya laporan tersebut, dan matanya sakit saat melihat banyaknya nominal yang dikorupsi.

"Flashdisk?" Kun menoleh pada Jaehyun.

"Flashdisk apa?" tanya Kun balik.

"Hyung pernah lihat kami diberi flashdisk?"  tanya Jaehyun, Kun mencoba mengingat-ingat.

"Oh, bukankah manager memberikan sebuah flashdisk yang katanya dari Lee Sooman seonsaengnim, kau bahkan bertanya pada manager melihat isinya atau tidak." Jaehyun mencoba mengingat, sebelum ia ber'ah' ria.

"Padahal baru kemarin" ujar Kun, Jaehyun nyengir.

"Masih dibawa Johnny hyung dan belum kami cek, maklum hyung, kemarin kan panik gara-gara Jaemin." jawab Jaehyun, Kun hanya mengangguk saja.

"Ah benar, Kun hyung-" Kun menoleh ke arah Jaehyun.

"Kau- punya izin terbang kan?" Kun mengangguk, Jaehyun menyeringai.

"Apa kau bisa membantuku?"

"Huh?"

***

Jaemin duduk bersandar pada kepala ranjang, Ketua Lee duduk di samping kasurnya, dan dokter Kim berdiri di samping sang Ketua.

"Kau tidak punya riwayat sakit apapun, tapi tetap saja jangan menggunakan emosi berlebihan. Kau kemarin benar-benar mengkhawatirkan." ujar sang dokter.

[NCT] J SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang