22

7K 951 59
                                    

***

Malam harinya, tepat setelah makan malam Haechan dan Jeno yang tadi keluar bersama sudah kembali. Terlihat wajah lelah Haechan, bahkan wajahnya lebih lelah daripada saat dia selesai latihan atau selesai melakukan jadwal yang padat.

"Haechan, you okay?" Tanya Mark.

"Kau lihat aku sudah lemas begini masih tanya?" Kesal Haechan, dia sudah tidak ada tenaga sebenarnya, tapi pertanyaan Mark membuatnya kesal bukan main. Sudah tahu dirinya lemas begini masih juga ditanya. Haechan sedang sensitif, Jeno menariknya kesana-kemari tanpa istirahat.

"Kau diapakan Jeno?" Tanya Jungwoo, penasaran juga apa yang dilakukan adiknya pada si pemuda Lee ini.

"Dia menyeretku tanpa ampun kesana-kemari, beruntung aku dan dia sama-sama menyamar, jadi fans tidak ada yang tahu atau menyadari keberadaan kami. Kami tadi pergi juga ke kantor polisi untuk meminta data tentang kasus pembunuhan, tapi datanya hilang dan Jeno hampir mengamuk disana. Beruntung aku menahannya, kalau tidak hancur sudah itu kantor polisi." Jawab Haechan panjang.

"Jadi kalian pergi dan kembali tanpa hasil?" Tanya Jisung.

"Tidak juga sih, tadi kami sempat pergi ke sekolah itu, dan sekolahnya ramai paparazi, kami menerobos masuk lewat dinding belakang sekolah. Di area sana tidak ada cctv sama sekali, dan area belakang sekolah ada gudang dimana jasad siswi tersebut ditemukan, kami tidak bisa masuk karena pintunya susah dibuka, tapi kami bisa melihat dari jendela kecil di sana, di dalam ruangan kecil itu tidak ada apa-apa, dan sepertinya sudah dibersihkan sejak kejadian, hanya saja noda darah yang sudah mengering tetap berada di sana. Hasil outopsi tentang korban baru bisa kami terima besok, pihak forensik sedang menyalinnya." Jawab Jeno.

"Yakin data salinannya tidak akan dipalsukan?" Tanya Yuta yang mendengarkan pembicaraan mereka.

"Oh tenang saja, pihak forensik adalah salah satu orangku, jadi tidak perlu cemas, dia tahu bagaimana aku bekerja." Ujar Jeno.

"Hey, main yuk!" Tiba-tiba, sangat tiba-tiba Jaemin mengatakan itu. Anak yang sejak tadi diam itu dengan sangat tidak terduga mengatakan hal itu.

"Main?" Tanya Jaehyun ulang, takut-takut dia salah dengar.

"Benar, main. Kepalaku pusing berhadapan dengan kertas-kertas di kamar. Main apapun, kita semua. Yaaa?" Mohon Jaemin, mata bulatnya menatap memohon pada para hyungnya. Tentu saja sikap manis dan menggemaskan itu meluluhkan hati yang lain. Jeno mengusak gemas surai sang kembaran.

"Mainlah dulu, aku mau mandi, gerah sekali rasanya." Jeno berlalu ke kamar, Haechan pun juga pamit.

"Ayo mau main apa?" Tanya Taeil.

"Dare or Dare saja bagaimana?" Tanya Dejun.

"Yakin mau main itu? Ngga pakai Truth?" Tanya Ten.

"Seru juga sih, atau Ousama-game? Yang jadi Raja bisa perintah yang lain?" Tanya Yuta.

"Tapi kalau itu saja kurang seru, Dare or Dare saja lah." Ujar Doyoung yang diangguki para maknae line. Oh bukan sesuatu yang bagus jika para maknae line mengangguk setuju.

"Baiklah, ayo main Dare or Dare, sekalian menyegarkan otak kembali." Ujar Johnny yang kini sudah duduk di sebelah adik bungsunya.

[NCT] J SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang