VIOLET 81

53 12 7
                                    

"Vidy dan nial sangat luar biasa ya" ucap daniel yang berada di samping aldrick dan lidya.

"Iya, andai kondisinya tak seperti ini.

Pasti kita akan selalu bersama mereka" jawab lidya sendu.

"Dan lihat gaunnya itu, sangat cocok untuknya." puji aldrick berusaha mengalihkan pembicaraan agar tak menurunkan suasana bahagia itu.

"Ya, adamson sangat posesif mengenai anaknya.

Bahkan sampai pakaian pun, gaun dan baju mereka seakan diciptakan khusus untuk mereka" lanjut daniel yang diangguki besannya itu.

"Ah iya, mana alvin alya dan gerry?" tanya daniel yang belum melihat menantunya itu.

"Gerry rewel niel, jadi mereka ada didepan buat nenangin gerry dulu.

Semoga alvin bisa bertemu vidy dan nial lagi malam ini" harap lidya.

Sepanjang pesta, mereka semua bersenang-senang kecuali nial dan vidy.

Keduanya sangat tak tenang ingin segera bersama mommy mereka.

"Adek mau kue? kak nial ambilin ya?" tawar nial yang diangguki vidy.

"Vidy mau yang rasa coklat ya kak" senyum vidy.

NIal menepuk puncak kepala vidy sebelum pergi.

Mata nial menatap nico yang tak jauh dari mereka, memberi kode agar mengawasi vidy sementara dia mengambil camilan untuk adiknya.

Nico mengangguk patuh.

Vidy pov

Mataku menatap uncle ravindra yang sedari tadi menerima ucapan selamat dari para tamu.

"Semoga bahagia uncle, vidy sayang uncle.

Tapi setelah ini pasti uncle berubah, karena uncle sudah ada keluarga yang harus uncle sayangi" batinku sedih karena uncle ravindra satu-satunya yang dari awal baik dan sayang padaku dari semua keluarga mommy.

Aku memutuskan menuju kursi tak jauh dari aku berdiri tadi, aku lelah berdiri terus sedari tadi.

Namun saat aku berjalan, tak sengaja ada seseorang yang menabrakku hingga aku dan dia terjatuh kebelakang.

"Aws......." ringisku saat pantatku bersentuhan dengan dinginnya lantai ini.

"Gaunku " cicitku yang masih didengar olehnya.

"Hiks......" tangis orang yang kutabrak tadi membuat aku segera menatapnya.

"Apa-apaan gadis ini," batinku menahan emosi

Aku berdiri kemudian sebal saat melihat gaunku terkena noda makanan yang dibawa gadis itu.

Aku menatapnya tajam, hari ini moodku memang ga begitu bagus dan ini semakin membuat perasaanku buruk.


"Nona" khawatir nico yang tiba-tiba berdiri di belakangku.

Aku mengangkat tangan kananku mengisyaratkan untuk dirinya diam.

Tak...tak....tak...... dua sosok dengan tergesa mendatangi gadis itu yang masih menangis dan duduk dilantai.

Apa lantainya sangat nyaman hingga membuatnya tak ingin beranjak.

Sang wanita yang kuduga adalah ibunya segera membantunya berdiri kemudian melihat tubuh putrinya itu.

"Kamu gapapa kan sayang" khawatirnya yang tak dijawab oleh gadis itu.

"Ah akan ada drama lagi." batinku bosan.

"Hei, kamu apakan putri saya." emosinya melotot kearahku.

VIOLET (Sequel She Is Everything)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang