VIOLET 36

270 28 8
                                    

"Maaf sayang, maaf....." igau alvin meremas erat bingkai foto tersebut.

Hatinya sakit merasa telah mengkhianati istri kecilnya meski istrinya telah tiada.

Hati dan pikirannya masih menolak kehadiran alya, meski dulu dia sendiri yang menarik alya memasuki kehidupannya. Namun dirinya tak menyangka jika dia harus menikahi alya dalam waktu dekat disaat hatinya saja masih ditempati oleh orang yang sama.

Di rumah sakit Hutama, lidya, daniel, dan alvaro gelisah menunggu hasil pemeriksaan alya.

Aldrick yang baru datang pun segera menghampiri istri dan besannya untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Sayang..... alya.." lidya khawatir jika calon cucunya kenapa-napa.

Mereka sudah kehilangan nial dan vidy jadi mereka tak menginginkan kehilangan cucu kembali.

"Ssstttt kita doakan yang terbaik aja bagi semuanya ya" jawab aldrick berusaha tegar.

Langkah kaki mendekati mereka dengan tergesa juga.

"Dad siapa yang sakit?" muka rafa sangat khawatir melihat kepanikan nampak jelas di wajah papi nya.

Daniel menatap rafa lalu berkata lirih "alya raf, dia pendarahan"

Rafa kaget, sedih dan jujur ada sedikit bahagia.

Jujur rafa senang jika anak itu tiada, jadi ada kesempatan adiknya bisa bersama dengan alvin kembali. Namun dia juga tak setega itu mengkambing hitamkan bayi tak berdosa demi kebahagiaan adiknya.

Ceklekk....... dokter vita keluar dari ruangan dengan wajah lega.

"Bagaimana keadaan alya dok?" tanya lidya khawatir.

"Alya dan bayinya gapapa bu, tapi setelah ini mohon dijaga lagi supaya alya tak terlalu banyak pikiran. agar tak mempengaruhi janin nya"

"Baik dok, makasih" bahagia lidya yang kemudian menerobos memasuki ruangan alya dirawat.

Hati rafa tercubit melihat lidya begitu perhatian kepada alya, harusnya perhatian itu didapat oleh adiknya bukan malah alya.

"Raf ayo masuk..." ucapan daniel membuyarkan lamunan rafa.

"Ga dad, rafa masih ada visit. Nanti kalau udah selesai rafa kesini" tolak rafa halus yang kemudian meninggalkan daniel.

Daniel menatap punggung anaknya yang semakin menjauh dengan kepedihan, "Daddy tau raf, sebenarnya kamu masih gak bisa menerima alya menggantikan posisi audy di keluarga alvin kan. Tapi mau bagaimana lagi, bayi itu sudah terlanjur ada."

"Mari om masuk" ajak alvaro diangguki daniel.

Hari berganti dengan cepat, kini adamson, jimmy, ravindra, danish, kaka, albert, dan rafa sedang meeting di salah satu restoran di jakarta.

"Oke meeting selesai, makasih atas kerja samanya selama ini. Sebelum kami pergi, saya ingin menepati janji saya." ucap adamson melirik jimmy.

jimmy paham apa yang dimaksud tuannya, dengan segera jimmy meraih ponselnya dan menyambungkan panggilan video kepada nyonya dyvira.

"Iya jimm?" jawab dyvira yang langsung terdiam melihat kakak-kakaknya di depan layar ponselnya.

Dyvira menutup mulutnya menahan tangis kebahagiaan karena bisa melihat kakaknya kembali.

"Cantik, kakakmu rindu katanya." ucap adamson yang ada di balik ponsel.

Dyvira tersenyum "Apa kabar kakakku yang tampan? baik kan?"

Mereka berlima mengangguk bersamaan disertai air mata yang mengalir spontan.

"Kenapa nangis ih? cengeng, ga malu apa sama anak kalian?" ledek dyvira berusaha tegar.

VIOLET (Sequel She Is Everything)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang