VIOLET 34

354 20 7
                                    

Dokter kepercayaan adamson telah datang dan langsung menangani nial tanpa buang waktu.

Sedangkan dyvira gelisah di depan kamar khusus tersebutAdamson memegang tangan dyvira lembut dan berkata "Cantik, jangan takut. nial gapapa, jaga kondisi kamu juga."

Dyvira menggeleng perlahan, air matanya lancang menetes.

dengan sigap adamson memeluknya tubuh dyvira.

Ceklek...... dokter janson keluar dari kamar tersebut langsung di sambut oleh tatapan yang seolah bertanya "bagaimana keadaan nial?"

Dokter janson menghela nafas kecil kemudian berkata "Kondisi nial sudah stabil, tapi kalian harus jaga emosinya selama beberapa waktu ini ya."

Raut wajah mereka yang awalnya sudah tenang kini bingung.

"Ya, anakmu ini benar-benar mirip kamu. gabisa kontrol emosi, tapi dalam masa pemulihan ini jangan sampai dia seperti tadi. atau akibatnya kita ga ada yang tau" ucap janson menepuk bahu adamson layaknya teman.

Yups memang janson adalah sahabat adamson, bahkan janson selalu mementingkan adamson daripada dirinya sendiri.

Tatapan janson beralih menatap dyvira "kakak ipar, kakak sudah boleh masuk. Sebaiknya keponakanku yang lucu itu ditemani oleh mommy nya daripada daddynya."

Dyvira langsung memasuki ruangan tersebut diiringi senyuman adamson.

"Sial kau janson" maki adamson.

"Nico, bagaimana kondisi disana? apa ingatan nya sudah dibereskan?" tanya adamson.

"Sudah tuan, jimmy menyelesaikannya lebih cepat daripada rencana awal" nico menjawab pertanyaan adamson tanpa basa-basi.

Adamson menganggukkan kepalanya.

"Jimmy memang selalu luar biasa ya, huh andai aku bisa punya kaki tangan yang se baik dia dan nico" ucap janson.

Tatapannya menatap adamson dan berkata "Bagaimana jika kau memberikan aku salah satu kaki tanganmu hemmm? kau kan punya banyak anak buah, hilang satu tak masalah kan?"

Adamson menatap janson sebal, "sepertinya nico belum memukulmu lagi akhir-akhir ini, mau merasakannya kah?"

Janson mengangkat tangannya setengah keatas dan berkata "Tak perlu terlalu baik begitu dong, aku masih ingin menikmati jalan-jalanku dan kehidupanku yang normal nih."

Janson bergidik ngeri mengingat terakhir kali dirinya di pukul oleh nial 1 tahun yang lalu, dirinya hanya menerima 1 pukulan yang ringan namun tulang kakinya retak dan harus berobat 10 bulan penuh guna menyembuhkan luka itu.

"Nico, antar dia dengan selamat sampai depan gerbang" perintah adamson yang langsung dituruti oleh nico.

Nico mempersilahkan janson untuk berjalan terlebih dahulu.

"Oh ya adamson, titip salam buat kakak ipar dan keponakan-keponakan ku ya. Lusa uncle mereka yang tampan ini akan kembali" pamit janson yang tak digubris adamson.

Adamson berjalan memasuki ruangan dimana nial terbaring.

Mata adamson langsung melihat nial yang lemah berusaha baik-baik saja di depan mommy nya.

"Mommy jangan sedih, nial gapapa" ucap nial lirih.

Dyvira tersenyum getir melihat anaknya seperti ini.

"Iya mommy percaya, nial kan kakak yang hebat. Tapi kalau ada yang sakit bilang mommy ya sayang" lirih dyvira mengusap puncak kepala nial sayang.

Nial mengangguk semangat dengan tetap menyunggingkan senyum terbaik menurutnya.

VIOLET (Sequel She Is Everything)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang