VIOLET 39

163 23 14
                                    

Malam semakin larut, acara resepsi alvin dan alya pun telah selesai.

"Yasudah kalian istirahat dulu, pasti capek apalagi kamu al" ucap daniel kepada alvin dan alya.

Lidya membawa alya menuju kamar untuk beristirahat, namun tidak dengan alvin.

Alvin masih berdiri di depan daniel dengan menunduk penuh penyesalan.

Daniel menepuk pundak alvin dan berkata "Gapapa vin, semua akan baik-baik saja"

"Hiks..... maafin alvin pi.

Alvin mengkhianati audy, alvin.... hiks...." kalimat alvin terhenti oleh tangisannya.

Daniel menghela nafas kasar kemudian duduk di sofa sambil menatap alvin sendu.

Senyum merekah di bibir daniel saat dirinya mengingat saat-saat dimana alvin menikah dengan audy.

"Baru kemarin papi melihat alvin menikahi putri papi, tapi papi kini harus menyaksikan pernikahan alvin dengan wanita lain. kalau dipikir seakan waktu berjalan cepat ya."

Alvin menatap sendu mertuanya dengan perasaan amat bersalah.

"Lanjutkan hidupmu vin, papi dan semuanya senang liat alvin bahagia meski bukan dengan anak papi." Lirih daniel supaya alvin bisa memulai hidup barunya bersama alya.

"Tapi pi......" elak alvin masih menyangkal kenyataan yang ada di depannya.

"Vin, terima semuanya. Papi masih akan menjadi papi alvin, meski alvin ga bersama audy. Jangan membuat audy sedih dengan alvin seperti ini. oke nak...." daniel berdiri dan menepuk bahu alvin seakan-akan menguatkan menantunya itu.

"Jaga alya dan anak kalian, jangan biarkan hal yang sama terjadi ke alya. Papi ingin gendong cucu dari kamu vin" senyum dari bibir daniel membuat alvin sedikit tergerak dan sedikit lega.

"Papi dan yang lain pulang dulu, jaga cucu papi ya" pamit daniel.

"Hati-hati pi" jawab alvin.

Alvin memasuki kamarnya, saat di ambang pintu dia melihat alya tertidur pulas dengan selimut hingga dada.

Perlahan alvin memasuki kamar tersebut, segera mandi kemudian tidur di sofa yang ada diujung kamar tersebut.

"Maaf al, aku belum bisa menerima semua ini." batin alvin kemudian memejamkan matanya.

Keesokan paginya.

Alya mengerjabkan matanya perlahan, membiarkan cahaya matahari memasuki matanya secara perlahan.

Saat dirinya sudah sadar sepenuhnya, matanya menelusuri seluruh ruangan tersebut. Namun sosok yang ingin dia lihat tak ada.

Tok....tok...tok.....

"Masuk...." jawab alya dengan suara khas bangun tidurnya.

"Maaf non, sarapan sudah siap dibawah" ucap maid yang kini berdiri di ambang pintu.

Alya mengangguk kemudian bertanya "Tuan alvin dimana?"

"Tuan sudah berangkat ke kantor non" jawab maid tersebut sopan.

"Dia masih belum bisa menerima semua ini, sampai harus ke kantor pagi-pagi sekali" batin alya sedih.

"Oke nanti saya turun, makasih" ucap alya kepada maid tersebut.

Setelah maid tersebut pergi, alya segera mandi dan menuju meja makan menemui kedua mertuanya.

Dikantor nampak alvin sudah disibukkan oleh dokumen-dokumen didepannya.

"Vin ga sarapan di rumah kan lo" tebak jack yang dijawab gelengan oleh alvin.

"Aih, ni bocah satu ya. Kemarin baru juga nikah eh sekarang udah gila kerja" sindir alvaro membuat alvin melirik kearahnya.

VIOLET (Sequel She Is Everything)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang