Awal [1]

886 62 6
                                    

So Far Away
Happy Reading

.

.

.

.

Jinseok terpaku menatap sang ibu yang kini telah berdandan cantik bak ratu dari kerajaan yang entah darimana itu. Gaun putih, riasan yang sangat cocok, dan sedikit pemanis di rambutnya yang kini tak tergerai macam biasa. Intinya Jinseok setuju jika ada yang berkata ibunya sangat cantik.

Anak lelaki berumur sekitar 12 tahun itu kini berdiri diam saat ibunya dan seorang pria yang katanya calon ayah sambung Jin itu tersenyum padanya. Dengan ayunan tangan mereka yang memanggil dirinya, remaja itu pun langsung menghampiri dua orang yang baru saja mengikat janji pernikahan mereka.

Ya, ibunya baru saja menikah lagi dengan seorang pria tampan nan baik hati pilihannya.

Jin mengulas senyuman pada ibunya, tapi masih ragu untuk tersenyum pada seorang pria paruh baya yang kini juga memegang pundak seorang anak lelaki yang sepertinya seumuran dengannya. Kedua bocah itu kini saling menatap. Jinseok dengan wajah biasanya, dan anak itu dengan tatapan tajamnya. Jin bahkan sempat takut dibuatnya.

Jika saja bukan karena tepukan ibunya mungkin Jin dan anak itu masih menatap.

"Sayang, mukanya arahin ke kamera ya. Ayo, kita mau buat foto keluarga." ucap sang ibu.

Jinseok mengangguk dan langsung menatap kamera seperti kata ibunya barusan. Agaknya sesi foto pasca pernikahan akan di mulai.

Jin mengulas senyum terbaiknya saat itu. Dan kemudian, bunyi khas dari kamera terdengar.

Satu

Dua

Tiga

Cekrek!

.

.

.

.

"Mulai sekarang kita pindah ke rumah ini ya. Mama kan udah nikah lagi, jadi kita tinggalkan sama suami baru Mama. Namanya Ahn Jung Deok, dan otomatis marga kamu juga jadi Ahn ya sayang." Yeon Shin Ah baru saja memberikan pengertian pada putra semata wayangnya.

Hari ini, mereka resmi pindah ke rumah milik suami baru dari Shin Ah yaitu Ahn Jung Deok.

Sebetulnya, Jin masih belum terbiasa dengan semua perubahan ini. Baru saja ditinggal meninggal oleh sang ayah 1 tahun yang lalu, Jin masih belum terima jika ia sekarang adalah seorang yatim yang mempunyai ayah tiri. Jin akui, ayah tirinya baik saat sering-sering nya mampir ke rumah. Tapi ia kurang yakin sekarang. Entahlah, rasanya hatinya ragu sekarang.

Jin dibawa duduk oleh Shin Ah di sofa ruang tamu. Perjalan dan juga acara beres-beres mereka tadi mungkin saja membuat Jin lelah dan juga butuh istirahat. Wanita paruh baya itu membawa Jin duduk di sebelahnya seraya melepas tas kecil yang tadi Jin bawa.

"Papa lagi beberes kamar katanya. Kita tunggu dulu ya, sekalian nanti biar Jin kenalan sama kakak tiri kamu."

Jin mengerutkan dahinya.

"Kakak?"

Ibunya tak pernah mengatakan soal kakak tiri. Walaupun kemarin mereka bertemu, tapi Jin tak menyangka jika anak lelaki itu akan berstatus sebagai kakaknya. Ia kira mereka seumuran.

"Iya, Jin nanti punya kakak. Cuma beda dua tahun sih, jadi kalian mungkin bakalan cepet akrab." ucap Shin Ah.

Jin hanya tersenyum tipis. Jujur ia tak pernah setuju ibunya menikah lagi. Selain karena Jin tak bisa melupakan ayahnya, Jin juga merasa jika hidup berdua akan lebih baik untuk mereka. Lagipula sekertaris kepercayaan ayahnya juga mengurus bisnis serta mereka dengan baik, jadi kan seharusnya tak ada yang mesti di khawatirkan. Tapi, Jin berpikir dua kali juga untuk menolak. Ia tak sampai hati jika harus melihat wajah kecewa ibunya.

Tidak. Jin tak suka malaikatnya bersedih.

Tak berapa lama, terlihatlah seorang pria paruh baya dan seorang anak dengan wajah tegas miliknya itu. Tatapan tajamnya berbanding terbalik dengan wajah sang ayah tiri yang sangat ramah. Jinseok suka ayah tirinya.

"Wah, Jin sudah sampai. Selamat datang ya nak. Kenalkan, aku papa barumu Jin, dan ini dia Yoongi, kakak tiri kamu." Sambut Jung Deok.

Jin dan Yoongi dipersilahkan untuk saling menjabat tangan sekarang. Mungkin awalnya biasa saja walaupun tatapan tajam Yoongi masih ada. Tapi, lama kelamaan jabatan tangan itu semakin keras dan membuat Jin meringis. Beruntung kedua orang dewasa yang bersama mereka itu tengah berbincang, jadi sama sekali tak ketahuan jika sekarang Yoongi tengah bersikap kasar.

Melihat situasi itu, Yoongi beringsut ke sisi kanan Jinseok sekarang. Anak lelaki itu mendekatkan bibirnya pada telinga Jin untuk membisikkan sesuatu.

Ya, membisikkan sesuatu yang amat sangat penting.

"Jika kau kira aku senang punya keluarga baru maka kau sangat salah. Aku hanya senang punya mama baru, tapi tidak dengan bonus adik. Dan kau harus bersiap-siap adikku, karena setelah ini hidupmu yang seperti surga itu akan kubuat macam neraka. Camkan."

Jin berjengit kala mendengar itu. Ia menatap kaget pada kakak tirinya yang sekarang tengah tersenyum miring padanya.

"Papa nggak usah khawatir, kakak bakalan jaga Jin kok. Kita bakalan akur, ya kan Jin?" Yoongi menyikut Jinseok agak keras.

Jinseok yang memang takut pada tatapan mengintimidasi kakak tirinya pun ragu-ragu mengangguk dan tersenyum paksa di hadapan Mama dan juga Papa barunya.

"Iya. Kami akan akur, lagian kayaknya Kakak baik kok." seru Jin. Bocah itu tersenyum manis dan tentu saja tak ada satupun yang menyadari jika senyumannya kali ini adalah senyum keterpaksaan.

Jung Deok mengelus kepala kedua putranya lembut. Ia tersenyum bahagia.

"Sekarang, kakak bawa Jin ke kamar kakak ya. Untuk beberapa hari sekamar dulu, biar kalian bisa cepet akrab." Kedua remaja itu mengangguk namun dengan ekspresi yang berbeda.

Yoongi dengan ekspresi tak sukanya, dan Jinseok dengan ekspresi ketakutannya.

.

.

.

.

.

To be Continue

So Far Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang