Peringatan [28]

265 47 8
                                    

So Far Away
Happy Reading

.

.

.

.

.

.

Menghabiskan waktu lama melayani Yoongi yang berulah, Jin baru ingat jika hari ini adalah peringatan kematian ayahnya.

Menangis sendirian di kamar sambil mengingat masa lalu bersama ayahnya bukanlah kegiatan yang biasa Jin lakukan. Dua tahun yang lalu setiap hari ini datang, Jin pasti mengunjungi tempat peristirahatan terakhir ayahnya bersama sang ibu.

Tapi sekarang faktanya berbeda.

Saat ini, Jin yang baru saja selesai mengenang masa lalunya memutuskan untuk berjalan sendirian di jalanan menuju ke 'rumah' ayahnya. Dan itupun dengan air mata yang tak mau berhenti mengalir bak anak sungai yang tak pernah kering.

Hiks..

Jin kuat. Harusnya memang menguatkan diri. Tapi, Jin tak bisa berdusta jika dirinya ingin kembali seperti dulu. Ia ingin menghadapi semuanya berdua saja bersama ibunya.

Rasa sedih,

Bahagia,

Rindu,

Dan semua rasa yang mereka rasakan.

Jin ingin berdua bersama ibunya. Jin tak mau sendiri, apalagi disaat-saat seperti ini.

Langkah kaki Jin yang kecil nan bergetar itu akhirnya bisa sampai di 'rumah' sang ayah. Dengan air mata yang terus menerus mengalir, Jin berjalan tertatih menuju ke tempat abu ayahnya berada.

"Papa.. adek dateng.." Jin menatap foto gagah sang ayah yang terpajang disana.

Di rabanya figura lama itu dengan tangan yang juga bergetar hebat.

Ingat, Jin adalah orang yang sakit yang dengan bodoh keluar rumah tanpa baju hangat. Dan tentu saja itu akan membuat tubuh Jin bergetar, entah itu karena kedinginan atau juga karena rasa sakit disekujur yang tak bisa anak itu tahan lagi.

Jin terduduk. Ia menangis memeluk lutut dengan segala sesak dalam hatinya.

Jangan tanyakan bagaimana sepinya hati Jin sekarang. Rasanya, di dalam dunia yang begitu kejam ini, Jin hanya sendirian menunggu ajal menjemputnya suatu hari. Ia sungguh tak mengira jika akan seperti ini jadinya.

Sendirian dan ditinggalkan.

Rasanya saja, seolah membayangkan diri hanya jadi seonggok lilin di meja makan dengan gelak tawa keluarga yang terlihat bahagia. Jin tak dilirik lagi, apalagi di tanya. Seolah dia adalah seonggok lilin yang terus terbakar api hingga akhirnya mencair dan hilang tanpa jejak. Jin yang rela terbakar demi agar yang bercanda di meja makan tak di telan kegelapan, namun dia lupa untuk terus bertahan dan membuat dirinya hadir dan menerima perhatian.

Jin terlupa. Dan itu persis seperti lilin di meja makan.

Ia mengerti betul kenapa ia dilupakan, tapi yang tak ia mengerti adalah kehadiran ibunya yang tiba-tiba sirna. Padahal, hanya wanita itu yang ia miliki untuk sandaran ketika ia sedih, tapi dia bisa hidup dan melupakan Jin. Bahkan melupakan janji untuk selalu bersama Jin dan menjadi ibu yang baik untuk dirinya.

So Far Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang