So Far Away
Happy Reading.
.
.
.
Menginjakkan kaki di lantai depan rumah, Yoongi sedikit menyunggingkan senyuman kala mendengar suara adiknya yang terdengar gembira.
"Seneng banget ya sampe di rumah?" tanya Yoongi sambil menurunkan Jin dari punggungnya ke sofa ruang tamu. Jin mengangguk dan tersenyum senang.
"Jin seneng banget kak!"
"Jin kangen rumah!"
Yoongi mengangguk.
Remaja itu duduk di sebelah adiknya, mereka tengah menunggu orang tua mereka yang sedang mengambil barang-barang Jin di mobil. Sesekali, Yoongi mencuri pandang pada adiknya. Penasaran saja rasanya, kenapa dulu ia sempat berpikir untuk membenci, padahal ketika sudah di rasakan, punya adik itu tak buruk juga. Malah menyenangkan. Yah, walaupun adiknya ini terlampau nakal karena suka membuat orang lain khawatir.
"KAK!"
Yoongi menoleh dengan wajah terkejut.
"Apa sih hem? Teriakan adek ngagetin!" ucap Yoongi. Jin nyengir tak merasa bersalah.
"Aku mau tidur sekamar sama kakak!"
"Loh? Kenapa emang?"
Jin berpikir sejenak, "Ya.. nggak apa-apa sih. Cuma takut aja tidur sendirian, hehe.."
Yoongi menggeleng heran.
Oh ya, sebetulnya semenjak hubungan mereka membaik, entah mengapa Jin menjadi sangat lengket padanya. Bahkan terkesan manja juga. Padahal, pribadi yang Yoongi lihat biasanya adalah anak itu tak pernah mau merepotkan siapapun. Tapi, beberapa hari ini, anak itu terus saja banyak minta padanya. Sangat tidak biasanya, namun Yoongi tak masalah dengan itu sih.
"Yaudah, mulai malam ini kita tidur barengan. Tapi inget, kalo ada apa-apa tuh bilang, biar kakak bisa bertindak cepet. Kamu kan masih sakit!"
Jin tersenyum mendengar itu. Ia menganggukkan kepalanya terlihat sangat bahagia.
"Siap kak! Aku bakalan lakuin apa yang kakak bilang!"
.
.
.
.
"Udah belum?"
Yoongi bertanya pada adiknya.
"Udah kak! Jangan banyak-banyak!" seru Jin.
Yoongi mengangguk. Ia meletakkan piring ke depan adiknya.
"Sedikit banget? Makan yang banyak dong sayang," ucap Shin ah. Ia agak cemas melihat porsi makan Jin yang sangat sedikit itu. Hanya beberapa suap nasi dan juga sedikit lauk. Sangat jauh berbeda dengan porsi makan anaknya dulu sewaktu sehat. Jin bahkan termasuk anak yang tak sulit makan. Ia begitu baik dan tak pernah merengek.
"Udah kenyang kok mah. Ini udah lebih dari cukup!" Jin berucap diselingi senyuman, mencoba membuat keluarganya tak cemas.
Ketiga orang lainnya kini saling menatap Jin dengan tatapan sendu. Yang di tatap hanya fokus pada makannya tanpa tahu jika kini keluarganya tengah merasa teramat khawatir padanya.
Yoongi yang tak kuat bahkan juga ikut pura-pura fokus pada makanannya, ia tak mau membuat semuanya terbebani. Khususnya Jin sendiri.
"Nanti mama masakin makanan kesukaan adek ya. Liat kamu makan kayak gini, mama jadi bersemangat lagi buat masak," seru Shin ah mencoba menutupi rasa sedihnya. Jin yang tadinya tengah makan tersenyum sumringah mendengar itu.
Sudah lama rasanya sejak terakhir di beri perhatian macam ini. Jin sangat merindukannya.
"Beneran mah?"
Shin ah mengangguk, "Iya sayang.."
"Asik! Jin mau minta semuanya. Jin bosen makanan rumah sakit. Jin mau masakan mama pokoknya!" Ucap anak itu ceria. Shin ah menganggukkan kepalanya. Ia mengusap rambut anaknya yang halus itu. Namun kini bukan hanya rasa halus yang ia dapat dari mengusap kepala anaknya, tapi juga rambut rontok pertanda jika anaknya tak baik-baik saja. Mata yang sudah penuh dengan air mata itu menatap suami tercintanya dengan tatapan sendu. Seolah mata itu berkata dengan jelas pada Jung Deok yang juga tengah bersedih hati.
'Bagaimana ini?'
Mungkin itulah kiranya arti dari tatapan yang Shin ah berikan pada suaminya.
.
.
.
.
"Kita-kita mau jenguk adek lo Yoon, boleh?" tanya Jimin pada Yoongi.
"Boleh aja. Tapi tumben kalian mau jenguk? Udah nggak kesel lagi?" tanya Yoongi.
Jimin dan Hoseok menggeleng.
"Udah enggak. Gue juga udah baikan sama nyokap sama bokap, Jimin juga udah."
Yoongi mengerutkan alis. Seingatnya, keduanya sangat membenci keluarga mereka. Bahkan, bisa dibilang mereka lebih parah dari Yoongi saat beraksi. Lalu kenapa tiba-tiba mereka jadi sadar? Apa yang terjadi?
"Kalian udah nggak benci lagi sama keluarga kalian? Kenapa?" Yoongi bertanya penasaran.
Hoseok menghela napas sejenak sebelum mengatakan semuanya, "Percaya atau enggak, beberapa hari lalu ada Jungkook sama Taehyung minta maaf sama kita di markas. Mereka bilang, kita nggak seharusnya benci sama keluarga sendiri. Dan lagian, keluarga kita nggak juga nggak sejahat keluarga yang sering kita tonton di film ataupun kayak nyokapnya Jungkook. Jadi, nggak ada alasan lagi buat benci sama mereka,"
"Iya.. gue juga berpikiran sama. Awalnya sih kesel sama Jungkook karena udah hasut kita. Tapi gue juga mikir, semuanya nggak salah Jungkook. Tapi kita juga men. Keluarga kita nggak bikin gara-gara, Jungkook juga cuma ngomong doang, yang ngelakuinnya ya kita. Jadi, salahnya nggak di Jungkook doang, kita juga salah.."
Yoongi terdiam mendengar dua sahabatnya. Jujur saja, ada rasa tak enak dalam hatinya ketika mendengar pemikiran dari dua sahabatnya itu.
Fakta bahwa ia membenci Jungkook setelah pengakuan Jungkook adalah hal yang harusnya ia pikirkan lagi. Walaupun rasa sakitnya teramat sangat, tapi orang seperti Jungkook tak bisa disalahkan sepenuhnya.
Dia juga terluka. Dan apa yang dia lakukan juga karena luka.
"Kalian.. beneran nggak benci sama Jungkook gara-gara ini?"
Jimin dan Hoseok menggelengkan kepalanya bersamaan.
"Apa cuma gue yang teriak sambil bilang benci sama dia pas dia ngaku salah?" wajah Yoongi berubah jadi sendu. Rasa bersalah kini memupuk di hatinya.
"Enggak juga sih. Gue juga awalnya bogem dia karena jujur gue juga kesel. Walaupun keluarga gue nggak sepenuhnya tau sama kelakuan gue di luar, tapi sekarang hubungan kita nggak sehangat dulu. Bahkan cenderung dingin kayak sama orang asing, makanya gue kesel. Tapi pas mau bogem lagi, si Taehyung bilang Jungkook mau tanggung jawab sama semuanya.."
"Katanya, dia mau nyerahin diri ke polisi."
Mata Yoongi membulat tak percaya.
"Lo nggak bohong, kan? Mana mungkin Jungkook seberani itu?!"
Jimin menggeleng ribut.
"Enggak lah! Gue nggak bohong! Orang dia sendiri yang bilang gitu."
"Sial!"
.
.
.
.
To Be Continue
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away [END]
Fanfiction*Bisa follow dulu sebelum baca Jinseok tahu jika luka dan sakit hati lumrah untuk di dapatkan manusia. Tapi, Jinseok hanya ingin ada orang yang menemaninya saat ia terluka. Tapi apa? Pada kenyataanya ia hanya sendirian. Tak ada yang menemaninya, b...