So Far Away
Happy Reading.
.
.
.
.
.
Jin tak tahu harus bagaimana bereaksi setelah kejadian yang menimpanya beberapa saat yang lalu.
Dahinya yang putih dan tak pernah terluka sedari kecil itu akhirnya mendapatkan luka pertamanya. Dan itupun terjadi karena dirinya yang tak kuat dengan hukuman dari orang tuanya sendiri.
"Mama nggak tahu lagi harus gimanain adek. Kenapa sih tiap hari tuh ada aja yang bikin mama marah sama cemas," gerutu Shin Ah.
Tangan cekatan itu baru saja selesai mengobati luka pada dahi sang putra, dan sekarang ia tengah membereskan obat-obatan yang baru saja ia pakai.
Sebetulnya, sedari mendengar jika Jin tiba-tiba pingsan dan jatuh hingga terbentur bebatuan dekat kolam, hati Shin Ah yang semula tengah mendapatkan kesenangan pun dilanda perasaan cemas berlebih. Penyebabnya, tentu saja kabar tak mengenakkan dari Jin yang ia dapat dari pelayan. Dirinya yang tadinya tengah menikmati makan malam mewah pun langsung meminta suami serta putra sambungnya untuk ikut pulang dan melihat keadaan Jin. Dan seperti inilah sekarang.
"Adek tau kan mama cemas kalo kayak gini. Kenapa nggak bilang kalo nggak kuat? Kenapa nggak panggil pelayan buat bantu kalo emang adek ngerasa nggak sehat?" Shin Ah mengomel.
Mata yang sangat Jin sukai itu menatap Jin dengan tatapan cemas dan penuh kasih, tapi entah kenapa Jin merasa ada sedikit perbedaan.
Ibunya tak mempunyai binar cinta yang besar lagi.
"Adek lagi di hukum mah. Adek nggak mau nyusahin orang dan berakhir dianggap lari dari hukuman." Jawab Jin seadanya.
Mendengar itu, Shin Ah pun tertegun. Bahkan dia melempar tatapan bingungnya pada sang putra. Seolah ingin bertanya pada putra kandungnya perihal jawaban dari penyebab keluarnya ucapan Jin yang barusan itu.
"Kok adek bilang gitu sayang? Nggak boleh lo bilang gitu. Mama hukum adek untuk kebaikan adek, jadi adek nggak boleh ngerasa kalo mama jahat sayang.." ucap Shin Ah memberi pengertian. Namun di dalam hatinya Jin membantah semua yang ibunya katakan barusan.
Bahkan kata-kata sesederhana itu terdengar seperti sebuah dusta bagi Jin.
"Adek tau kok mama lakuin itu buat apa. Adek juga tau kalo mama sayang sama adek.."
"Tapi adek cuma ngerasa gitu aja. Lagian adek juga anak nakal kan? Buktinya mama marah sama adek."
Jika di tanya ingin menangis atau tidak, maka Jin tentu akan menjawab jika ia ingin menangis tepat di depan ibunya. Rasanya semua sangat sulit untuk ia lalui. Tapi, bukankah itu bisa saja tak dipercayai ibunya?
Bukankah ibunya telah berubah?
"Dan kalo mama lupa, mama udah nggak pernah percaya lagi apa yang adek bilang. Dan itu hampir semua." Jin berucap dengan wajah datarnya. Kali ini biarkan saja seperti ini. Hatinya agak tercubit memang. Apalagi sudah terjadi berkali-kali hal seperti ini.
Dan tentu saja rasanya menyakitkan.
"Adek kan tahu apa yang mama lakuin itu semata-mata buat kebaikan adek. Dan adek juga kan tahu kalo mama selalu sayang sama adek," ucap Shin Ah.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away [END]
Fiksi Penggemar*Bisa follow dulu sebelum baca Jinseok tahu jika luka dan sakit hati lumrah untuk di dapatkan manusia. Tapi, Jinseok hanya ingin ada orang yang menemaninya saat ia terluka. Tapi apa? Pada kenyataanya ia hanya sendirian. Tak ada yang menemaninya, b...