Now or Never

4 1 0
                                    

Hyunwoo dan Mei masuk ke dalam bianglala setelah anggota klub musik sudah memasuki bianglala mereka sendiri. Dengan gugup, keduanya duduk berlawanan dan menunggu agar diangkat ke atas. Perlahan, staff menggerakkan bianglala agar semakin tinggi dan semakin cepat memperlihatkan para pengunjung pada pemandangan indah matahari terbenam. Mei bangkin ketika pemandangan itu menyentuh matanya dan begitu indah di matanya.

"Indah sekali ya, Hyunwoo oppa!" ucap Mei dengan nada tinggi yang sedikit mengejutkan lelaki itu.

"Ah." Hyunwoo mengangguk mantap, mengikuti pandangan milik Mei.

Dua gunung mengapit matahari yang perlahan masuk ke tengah-tengah untuk memberi cahaya siang pada negeri lainnya. Bentuk bulatnya begitu terlihat indah dan menyinarkan cahaya luas dan terang pada hampir seluruh bagian dunia. Mei tersenyum lembut. Dirinya tak menyadari, perasaan gugup dan deg-degannya itu kini tergantikan oleh kenyamanan dan keindahan yang disuguhkan oleh sang mentari.

"Bagaimana latihan vokal-mu, Mei?" Gadis itu mengerjap, melihat Hyunwoo duduk dengan tenang sembari menatapnya. Dengan gugup, Mei ikut duduk setelah mengagumi pemandangan matahari terbenam itu.

"Baik, menurutku..." Tanpa sadar, kegugupan yang dirasakan sebelumnya kembali menyergapnya perlahan.

"Aku jadi tak sabar untuk segera mencoba bernyanyi bersamamu."

Rona merah menghiasi pipi Mei mendengar ucapan tulus dari Hyunwoo. Mei tersenyum dan mengangguk.

"Aku juga, oppa." Hyunwoo mengangguk, dan keduanya kembali mendongak untuk menatap pemandangan indah di samping mereka itu. Mei mencengkram celana jins yang dipakainya. Berbeda dengan Samura yang percaya diri memakai rok pendek, Mei memakai celana pendek yang membuatnya terlihat dewasa sekaligus tinggi. "Aku tidak tahu bisa merasakan banyak hal dengan anggota klub musik, juga dengan Hyunwoo oppa."

Lelaki itu mengerjap terkejut mendengar ucapan Mei. Gadis itu menunduk dengan rona merah menghiasi pipinya. "Aku juga, Mei."

Gadis itu mendongak dan menemukan Hyunwoo tersenyum lembut padanya. Mei mengangguk setuju. "Aku yang pemalu, dan jarang sekali bisa berbincang banyak dengan orang lain, kini bisa melakukannya dengan mudah." Mei tersenyum. "Aku tidak percaya melakukan banyak perubahan secepat ini."

"Bukankah kamu memang akrab dengan mereka yang sudah kenal baik?" Mei mengerjap mendengar pertanyaan itu, sebelum Mei mengangguk masih dengan rona merah di pipinya.

"Kurasa begitu." Hyunwoo mengangguk. "Maka itu juga..."

Hyunwoo mengerjap bingung. "Mei?"

Mei mendongak dengan mata penuh harap dan rona merah menghiasi wajahnya. "Aku ingin mengenal Hyunwoo oppa lebih dekat lagi, lebih banyak lagi, bila memungkinkan..." Mei menundukkan kepalanya, degupan kencang terasa menggedor dadanya. Namun gadis itu ingin berusaha, dan menyerah bila memang sudah waktunya. "Aku mungkin belum bisa diandalkan, dan masih harus selalu saja dilindungi, juga..." Mei mengeryit. "Mungkin saja oppa masih menyukai Samura..."

Hyunwoo terkejut akan pernyataan terakhir Mei, sebelum menyentuh tengkuk lehernya sendiri karena malu. "Itu..."

"Tapi perasaanku yang menyukai dan menyayangimu, takkan kalah dengan perasaan oppa pada Samura!" Mei yang mendongak, menyatakannya dengan lantang dan jujur, mengejutkan Hyunwoo. Rona merah menghiasi wajah gadis itu, namun tidak ada keraguan dalam kata-katanya. "Aku menyayangimu, Hyunwoo oppa."

Samura melirik pada bianglala di bawahnya ketika anggota lain sibuk berbincang perihal keindahan matahari terbenam dan bagaimana sebuah lagu bisa mendukung perasaan mereka itu. Gadis itu tersenyum setelah melihat ekspresi penuh keyakinan di wajah Mei.

Pieces of Dramarama - Monsta XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang