Lee Hoseok, memandang jam besar dengan beberapa gambar dan pola yang tak dimengertinya dengan kaca yang retak di tangannya dengan alis mengeryit. Dirinya menyentuh retakan itu dengan perlahan, seolah menyesal akan apa yang terjadi dengan kaca di jam tangannya. Hoseok menyandarkan punggungnya dan mendesah pelan, memejamkan matanya perlahan sebelum membukanya lagi perlahan.
"Apa yang bisa kulakukan untuk kembali bertemu dengannya?" Hoseok memejamkan matanya sekali lagi, alisnya berkerut sekali lagi. Kesedihan terpampang jelas di wajahnya, membuat dadanya sakit setiap kali mengingatnya.
Suara pintu terbuka perlahan terdengar tak jauh dari tempatnya duduk. Seseorang dengan tubuh jangkung tinggi ramping, rambut yang disibak ke atas layaknya seorang pacar idaman, dan handuk berada di atasnya dengan kepulan asap sehabis mandi pun terlihat di wilayah Hoseok berada. Dirinya menutup pintu sebelum mengusapkan handuk di atas kepalanya untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
"Lagi-lagi kau membicarakan soal teman berlatih kendomu yang menghilang itu?" ucapnya dengan nada tak percaya, seolah teman baiknya itu terus mengingat masa lalu yang kelam dan menyedihkan.
Hoseok membuka matanya dan menoleh ke arah teman baiknya yang kini sekamar dengannya untuk menjalani sekolah bersama di sekolah yang sama. Dirinya menyipit kesal. "Kau bicara seolah dia sudah meninggal dunia," gerutunya.
Temannya mengedikkan bahu. "Kau terlihat sedih setiap kali membicarakannya, jadi kupikir begitu."
"Yang paling kubenci darimu adalah selalu menyimpulkan sesuatu yang belum pasti." Hoseok kembali menyandarkan kepalanya di sofa kali ini dengan agak keras.
"Kau sudah tak bertemu dengannya selama 10 tahun lebih, siapa tahu saja dia sudah pergi ataupun hal lainnya?" Hoseok melirik lagi ketika temannya mengucapkan sepatah kata lagi mengenai orang yang dimaksud Hoseok.
"dan selalu hal paling buruk yang ingin kudengar darinya." Temannya duduk di sebuah kursi kecil dan mendesah pelan.
"Maaf." Hoseok mendesah ketika mendengar permintaan maafnya.
Dirinya memasang ekspresi sedih lagi, dan tidak memungkiri apa yang dikatakan temannya itu bisa saja terjadi dan mungkin saja terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi? Hoseok sendiri tidak tahu.
Dirinya selalu datang ke tempat latihan kendo dimana dirinya berlatih dengan Sohn Hyunwoo, lelaki setahun lebih tua darinya namun keduanya begitu akrab karena bagi lelaki itu Hoseok adalah teman seumuran yang menarik dan menjadi orang yang bisa mengurusnya setidaknya ketika orang lain tak bisa melakukannya. Suatu hari ketika dirinya datang agak terlambat, dia tidak melihat Hyunwoo dimanapun. Hoseok tahu Hyunwoo bukan lelaki yang biasa telat berlatih ataupun datang untuk sekedar membersihkan ruang latihan. Semenjak dirinya mengenal lelaki itu dan bertemu dengannya, Hoseok tahu betul hal itu. Hyunwoo akan datang lebih dulu daripada yang lain, begitu pula ketika memulai latihannya dengan Hoseok atas perintah pelatih. Karena tidak ada pemain yang bisa menyamai kemampuan Hyunwoo selain Hoseok. Dia menganggapnya aneh, karena Hyunwoo akan memberinya kabar apapun bila dia tidak bisa datang untuk bersih-bersih maupun untuk berlatih dengannya. Keduanya cukup akrab dan sering menikmati waktu bersama selain berlatih kendo. Bagi mereka, waktu yang sebentar itu menjadi hal yang berharga untuk satu sama lain.
Namun hari itu, Hyunwoo menghilang sepenuhnya dari dunia maupun ingatan semua orang, kecuali Hoseok. Hanya dirinya yang mengingat betul siapa lelaki itu dan bagaimana saat-saat bersamanya. Hoseok bertanya pada teman-teman kendo dan pelatihnya perihal lelaki itu, namun jawaban mereka hanya satu. "Kau selalu berlatih sendirian, Hoseok. Tidak ada pemain kendo bernama Hyunwoo yang kau sebutkan di dojo kita." Jawaban itu membuat Hoseok terkejut sekaligus sedih. Bagaimana lelaki itu bisa menghilang dari dunia dan ingatan semua orang? Hoseok hanya bisa menangis ketika melihat hanya kontak Hyunwoo yang tersisa baginya dan tak bisa dihubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces of Dramarama - Monsta X
Romansa"Aku ingin bertemu dengannya sekali lagi." "Apa kau yakin dia bukan orang yang sama dengan temanmu yang kau cari itu?" "Perjalanan waktu tidak gratis." "Jangan mengaku-ngaku menjadi temanku satu-satunya!"