Samura merasa tidak asing dengan perasaan yang dirasakan oleh Hoseok terhadap Hyunwoo sekarang ini. Bukanlah soal cinta, maupun hal-hal menyedihkan lainnya, hanya semacam perasaan kecil, yang sebenarnya sangat penting dalam sebuah hubungan. Hanya saja terkadang, Samura lupa perasaan seperti apa itu. Mungkin saja dirinya tidak ingat pernah merasakan hal yang sama terhadap seseorang, atau pada Sazeru.
Mao menaikkan alis melihat Samura sudah duduk di sofa dengan kepala mendongak ke atas. Padahal ruangan gelap, dan hanya beberapa layar menyala memperlihatkan beberapa gambar maupun video akan sesuatu.
"Kau sedang senggang, Master?"
"Aku selalu senggang." Pertanyaan yang dijawab dengan sekenanya oleh Samura itu membuat Mao semakin bingung.
"Terjadi sesuatu?" Samura tidak menoleh namun kembali menjawab.
"Aku lupa apa nama dari perasaan itu." Mao memiringkan sedikit kepalanya.
"Perasaan apa?" Samura mengeryit, memikirkannya sebelum menjawab.
"Ketika ada rasa kesal dan iri pada seseorang yang dekat dengan temanmu?" Samura menyimpulkan, berusaha memikirkan apa namanya pula sembari bertanya pada Mao.
Mao mengerjap. "Apa ini tentang Hoseok lagi?" Samura mengangguk. Mao mendesah pelan sebelum duduk di samping Samura yang tidak mengubah posisi maupun pandangannya. "Kau selalu bekerja keras ya soal ini."
"Bukankah itu harus?" Mao melirik Samura yang masih mengeryit bingung. "Aku sudah tidak bisa setengah-setengah lagi."
Mao menatap Samura yang kini menerawang jauh. Pikirannya beralih, dan Mao menyadarinya. Itu bukan ungkapan untuk dirinya sendiri, melainkan dirinya yang satu lagi yang berada di dunia lain. Bagi Samura, hal itu memungkinkan, dan banyak luapan perasaan yang muncul tanpa Samura sadari dan yang bukan miliknya sendiri. Samura menerimanya, dan mencoba merasakan seperti apa itu, tanpa menyalahkan, tanpa membenarkan. Hanya menerima layaknya seseorang memberikan sesuatu.
"Kau sungguh sudah lupa, Master?" Mao menyandarkan tubuhnya ke sofa, mendesah pelan layaknya lelah menghadapi Samura. Hal itu berhasil membuat Samura menoleh dengan ekspresi bingung.
"Apa maksudmu?" Mao membuka matanya, melirik Samura dan tersenyum.
"Kau sebut itu cemburu." Samura membelalakkan matanya lebar. "Jealousy."
------------------------------------------------------------------------
Samura berhasil mendapatkan nama dari perasaan yang dirasakan Hoseok pada Hyunwoo, apalagi setelah kedatangan Minhyuk dan Kihyun. Mengapa? Itu karena Hyunwoo lebih sering bersama mereka daripada dirinya. Tentu saja, Hyunwoo bukan berarti tidak pernah bersama dengan Hoseok lebih lama daripada mereka. Namun entah mengapa, seperti kejadian sebelumnya, mereka berdua berusaha menjauhkan Hoseok dari Hyunwoo. Samura yang merasa bahwa itu adalah sebuah penyelidikan penting, memasang ekspresi serius yang membuat Hoseok sendiri menaikkan alisnya.
"Apa yang membuatmu berwajah serius gitu?" Samura menoleh ketika lelaki yang memiliki permohonan melakukan perjalanan waktu bertanya padanya.
"Aku akhirnya tahu apa yang kau rasakan itu." Hoseok mengerjap bingung kini.
"Apa yang kurasakan? Ah, maksudmu soal pandanganku?" Samura mengangguk mantap, dan Hoseok masih bingung mengapa Samura masih memasang ekspresi tajam dan serius padanya. "Tapi nggak harus sampai membuatmu serius gitu kan," gumam Hoseok pelan, namun Samura terlihat tidak mendengarnya.
"Aku tak percaya aku lupa namanya." Ucap Samura setelah sedikit jeda.
Keduanya kini ada dalam ruang klub, hanya berdua, tanpa anggota yang lain. Hoseok datang sendirian, tanpa Hyunwoo maupun Hyungwon. Samura sendiri sudah melihat bahwa sang model masih melakukan syuting foto lainnya sebelum datang ke klub, sedangkan Hyunwoo sedang bersama Jooheon melakukan sesuatu yang mungkin saja hanya mereka berdua pahami satu sama lain. Hoseok tak memaksa, karena sudah memiliki kontak grup bersama untuk saling mengabari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces of Dramarama - Monsta X
Romance"Aku ingin bertemu dengannya sekali lagi." "Apa kau yakin dia bukan orang yang sama dengan temanmu yang kau cari itu?" "Perjalanan waktu tidak gratis." "Jangan mengaku-ngaku menjadi temanku satu-satunya!"