🌸 30

373 33 22
                                    

“Kakak cantik, Ayah kemana ya Kak? Kok Ila gak ngeliat Ayah dari tadi?” sekarang mereka tengah menyiapkan persiapan untuk tahlilan nanti malam. Ifa belum pulang dari tadi. Sindy dan yang lainnya akan datang malam ini untuk mengikuti tahlilan. Sama seperti Anggota Rohis yang lainnya. Kini Ifa tengah menyuapkan Ila makanan karna sedari tadi gadis mungil itu merengek minta makan. Ifa terdiam mendengar perkataan Ila.

“Ayah Ila lagi pergi jauh”

“Trus Ayah kapan pulang nya Kak?”

“Suatu saat Ila akan tau Ayah Ila dimana. Dan Ila akan mengerti dengan semua ini. Sekarang Ila makan dulu ya. Kalau gak makan nanti sakit trus Ayah marah kalau Ila sakit” Ila pun mengangguk sebagai jawaban dan dengan antusias menerima suap demi suap dari Ifa.

“Fa” Ifa mengalihkan tatapannya kearah Febri yang tengah berjalan kearahnya.

“Kenapa Kak?” tanya Ifa heran.

“Rizki gak mau ngomong dari tadi Fa. Gue minta tolong sama lo buat bujuk dia ngomong. Dia juga belum makan dari semalem. Gue takut dia drop” Ifa terdiam mendengar penuturan Febri.

“Trus Ila gimana?”

“Ila sama gue aja. Ila sama Abang dulu ya, Kakak cantiknya mau ketemu sama Bang Al dulu” Ila pun mengangguk setuju.

“Kak Jihan udah coba, Kak?”

“Udah, sekarang Jihan lagi di kamar Rizki nyuruh tuh anak makan. Dari tadi gak di gubris sama dia”

“Yaudah Ifa keatas dulu. Ila sama Bang Febri dulu ya” Ifa pun memindahkan Ila kepangkuan Febri. Setelah itu ia berlalu kekamar Rizki.

“Ki, kamu makan ya. Dari kemaren kamu gak makan loh. Nanti kamu sakit Ki” terdengar suara Jihan saat Ifa tepat berada didepan pintu.

“Ki, kamu jangan gini dong. Kalau kamu gini, nanti yang ada Bunda sama Ila jadi sedih” Jihan terus berusaha mengajak Rizki berbicara, tetapi tidak ada tanggapan apapun dari pemuda itu.

“Aku gak suka kamu kayak gini Ki. Rizki yang aku kenal gak selemah ini. Rizki yang aku cintai adalah Rizki yang kuat. Rizki yang selalu menjadi garda terdepan orang yang dia sayang” Ifa menahan rasa sesak didadanya saat mendengar perkataan Jihan. Ifa sadar diri, ia pun berbalik hendak meninggalkan kamar Rizki. Tetapi sebuah tangan yang menahan bahunya membuat ia menghentikan langkah nya. Ifa menatap Aslan sendu.

“Yang dibutuhkan Rizki sekarang itu lo” Ifa menggeleng lesu.

“Kak jihan Kak, bukan aku”

“Cuma lo yang bisa buat dia merasa tenang Fa. Cuma lo tempat dia curhat. Jihan yang dia cintai, tapi lo yang jadi tempat bersandar dia. Bantu temen gue Fa. Gue gak tega lihat dia serapuh ini” Ifa pun menghela napas gusar. Dengan perlahan ia membalikkan badannya dan mengetuk pelan pintu kamar Rizki. Jihan menatap kearah sumber suara.

“Biar coba Ifa yang ajak Rizki bicara” terlihat raut sedikit tidak suka dari wajah Jihan. Tetapi dengan cepat ia mengubah raut wajahnya dan berjalan kearah Ifa.

“Semoga kamu bisa buat Rizki bicara ya Fa” ujar Jihan sambil memberikan napan berisi makanan kepada Ifa.

“Insya allah Kak” Jihan pun meninggalkan kamar Rizki bersama dengan Aslan. Ifa menghela napas berat. Ia memandang Rizki yang tengah menatap kosong sebuah foto yang diyakini oleh Ifa adalah foto Keluarga Rizki.

“Kak Rizki makan dulu ya” ujar Ifa saat mendudukkan dirinya disamping Rizki. Tidak ada tanggapan dari Rizki. Ifa kembali menghela napas berat.

“Kalau Kak Rizki gini, kasian Bunda Kak. Kasian Ila. Kak Rizki tau, Ila dari tadi nanyain Kak Rizki. Nanyain keberadaan Ayah Zikri. Kasian Ila bingung dengan keadaan sekarang” masih hening.

“Kak Rizki gak boleh egois. Bukan cuma Kak Rizki yang kehilangan, disini kami semua juga kehilangan Kak. Tapi kami semua berusaha ikhlas” Rizki masih belum menyahuti perkataan Ifa.

“Kak Rizki jangan jadi orang yang gak punya iman. Kak Rizki punya Allah, Kak Rizki orang yang beriman. Jangan sampai Kak Rizki lupa dengan keberadaan Allah kak. Jangan sampai Kak Rizki lupa Allah cuma karna rasa sedih__”

“Cuma lo bilang?” Ifa mengatupkan bibirnya saat mendengar nada rendah Rizki. Rizki menatap Ifa tajam.

“Lo bilang cuma? Lo gak bisa mengaggap kecil rasa kehilangan seseorang!! Lo gak bisa bilang ‘cuma’ atas kehilangan seseorang. Lo gak tau sakitnya kehilangan orang yang lo sayang!! Lo gak tau rasanya kehilangan tempat lo bersandar Fa!! LO GAK TAU!!” Ifa terkejut mendengar bentakan Rizki. Napas Rizki meburu. Tatapan tajam ia layangkan kearah Ifa. Perlahan sebuah senyum terukir diwajah Ifa.

“Aku tau kok rasanya kehilangan”

“Aku tau rasanya kehilangan orang yang aku sayang, orang yang menjadi panutanku, orang yang menjadi tempat aku mengadukan semua keluh kesah aku” perlahan wajah Rizki melunak setelah mendengar perkataan Ifa. Senyuman masih senantiasa terukir diwajah tenang Ifa.

“Umi Sindy bukan Ibu Kandung aku”

-
-
-
-
-

Bersambung!!

Ketua Rohis, Ana Uhibbuka Fillah ~END~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang