🌸 31

448 33 48
                                    

“Umi Sindy bukan Ibu Kandung aku” perkataan Ifa membuat Rizki terkejut.

“Waktu aku umur sepuluh tahun, aku sama Ummah Fia, Ibu Kandung aku, pergi ke taman. Kami pergi berdua doang, karna aku nangis nangis mau ke taman. Sementara di rumah cuma ada kami berdua, Abi lagi di kantor, dan Bang Rai sama Bang Gil lagi di rumah Nenek”

“Ummah Fia akhirnya beraniin diri untuk mengendarai mobil sendiri, karna emang Ummah gak pernah dibolehin sama Abi untuk bawa mobil sendiri” Rizki menatap Ifa senantiasa mendengarkan cerita gadis itu.

“Akhirnya sampai di taman. Aku seneng banget waktu itu. Sampai gak kerasa, ternyata udah mau maghrib. Dan Ummah Fia panik karna takut dimarahin sama Abi. Akhirnya dengan tergesa gesa, aku sama Ummah Fia pulang” Ifa menarik napas dalam. Air matanya sudah bersiap untuk keluar. Ia masih teringat wajah panik sang Ummah.

“Karna panik dan takut, Ummah Fia bawa mobil nya gak fokus. Karna posisinya juga Abi nelpon nelpon mulu. Pas saat Ummah mau angkat telpon dari Abi, fokus Ummah Fia bener bener hilang. Tanpa Ummah Fia sadari, sebuah mobil datang dari arah berlawanan dengan kecepatan di atas rata rata” Ifa menghapus air matanya yang sudah mengalir membasahi pipinya.

“Aku gak tau gimana jadinya. Yang aku ingat, aku terbang keluar mobil, sementara mobil terguling sekitar dua puluh meter dari tempat awal mobil berada, dengan Ummah Fia yang masih berada di dalam mobil” Ifa memegang dadanya yang terasa sesak. Masih jelas diingatannya, bagaimana mobil yang masih berisikan sang Ummah terguling jauh darinya.

“Aku sempat koma beberapa hari. Saat aku bangun, semua orang ada di kamar aku, kecuali Ummah Fia. Aku tanya sama Abi. Kata Abi Ummah dirumah. Sampai aku pulih dan dibolehin pulang. Aku gak ngeliat Ummah Fia di rumah. Aku bingung, aku tanyain ke Abi. Dan Kak Rizki tau Ummah dimana?” Ifa menatap Rizki dengan senyuman yang terbit di wajah nya.

“Ummah Fia udah pergi. Pergi ninggalin aku, Abi, Bang Rai dan Bang Gil untuk selamanya Kak” Ifa menunduk untuk menghapus air matanya, kemudian ia kembali menatap Rizki dengan tersenyum.

“Aku sempat drop lagi, aku nyalahin diri aku atas meninggalnya Ummah. Sampai akhirnya Umi Sindy datang dan memberikan aku kembali sosok seorang Ibu. Umi Sindy sahabat dekat Ummah Fia. Makanya aku bener bener sayang sama Umi sama seperti aku menyayangi Ummah Fia”

“Kejadian itu adalah alasan aku phobia darah dan trauma akan kecelakaan”

“Aku tau perasaan Kak Rizki sekarang gimana. Karna aku pernah berada di posisi Kak Rizki” Rizki mengalihkan tatapannya kembali kearah foto yang terpampang di dinding kamar nya. Ifa menegang saat Rizki mejatukan kepalanya di bahu Ifa.

“Gue bener bener kehilangan sosok pahlawan yang gue jadiin putan gue selama ini Fa. Gue bener bener rapuh ditinggal Ayah kayak gini. Gue belum bisa bahagia in Ayah, tapi Ayah udah ninggalin gue duluan. Gue gak kuat Fa” ujar Rizki lirih. Dengan ragu Ifa mengelus punggung Rizki.

“Tapi Kak Rizki harus kuat demi orang yang kak Rizki sayang. Masih ada Bunda dan Ila yang memerlukan Kak Rizki. Bunda lebih terluka karna ditinggal oleh pendamping hidupnya Kak” ujar Ifa sambil mengelus pelan punggung Rizki.

“Lo bener, ada orang yang harus gue jaga setelah ini” Rizki kembali menegakkan kepalanya dan menatap Ifa dengan senyum tipis.

“Gue harus kuat demi Bunda dan Ila. Iya, gue harus kuat” Ifa tersenyum melihat wajah Rizki yang sudah tidak murung seperti tadi.

“Bener, Kak Rizki harus kuat demi Bunda dan Ila” Rizki pun mengangguk semangat.

“Sekarang Kak Rizki makan dulu, trus Sholat Maghrib dan siap siap buat tahlilan. Aku juga mau Sholat Maghrib” ujar Ifa sambil memberikan napan yang berisikan makanan tadi ke Rizki.

Ketua Rohis, Ana Uhibbuka Fillah ~END~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang