"Ihhh Kar, ngapain sih pagi pagi ke kantin? Aku tuh baru nyampe loh Kar, dan kamu langsung seret aku gini" Ifa terus saja menggerutu di sepanjang koridor menuju kantin. Bagaimana tidak kesal, baru saja tadi Ifa meletakkan tasnya, Karin langsung menyeretnya menuju kantin.
"Gue tuh lapar Fa, tadi gak sempet sarapan" ujar Karin sambil menyeret Ifa.
"Ck, kebiasaan. Besok besok kalau mau berangkat sarapan dulu Kar. Capek aku kamu seret mulu pagi pagi" kesal Ifa. Karin hanya menanggapinya dengan deheman.
"Mang, bakso telur satu sama lemon tea ya" setelah memesan makanan, Karin kembali menyeret Ifa kemeja kantin. Ifa yang diseret seret dari tadi hanya pasrah sambil memasang muka kesal.
"Kar, menurut kamu sikap aku harus gimana ke Kak Rizki?" tanya Ifa. Karin menghentikan kegiatan makannya lalu meminum lemon tea nya. Setelah itu Karin melihat kearah Ifa.
"Apa aku jauhin Kak Rizki aja?" lanjut Ifa.
"Noooo. Kalau lo jauhin Kak Rizki yang ada dia bakalan curiga Fa. Kan lo sendiri yang bilang kalau lo gak mau Kak Rizki tau tentang perasaan lo" jelas Karin.
"Ya trus gimana dongggg. Stres aku lama lama kalau kayak gini" Ifa benar benar bingung menghadapi hatinya.
"Mending lo bersikap seperti lo gak ada perasaan sama Kak Rizki. Dengan cara itu lama kelamaan lo akan terbiasa dengan suasana" saran Karin.
"Tapi itu gak mudah untuk dilakuin Kar. Pasti kalau aku dekat dengan Kak Rizki, semua rasa sakit hati aku bakalan muncul dan aku takut nanti gak bisa ngendaliin emosi aku" Ifa menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya.
"Gue tau ini semua gak akan mudah buat lo lakuin. Tapi lo harus korbanin perasaan lo demi persahabatan lo. Tapi semua keputusan ada di tangan lo, gue cuma bisa ngasih saran doang sama lo" Karin menyeruput lemon tea nya dan kembali memakan bakso yang sempat diabaikannya itu.
Ifa terdiam mendengar perkataan Karin. Apa ia mampu bersikap biasa biasa aja padahal hatinya sedang tidak biasa biasa aja? Tapi Karin benar, ia harus korbanin perasaannya demi persahabatannya. Bukankah mencintai yang sesungguhnya adalah mengikhlaskan orang yang kita cinta demi kebahagiaan nya? Dan ini salah satu cara Ifa membuktikan cinta nya, walaupun dengan mengikhlaskan perasaannya.
"Oke fix. Aku akan coba" putus Ifa.
"Nahhh gitu dong, itu baru namanya Ifa. Kalau gini kan gue bisa tenang makannya" ujar Karin dan kembali melanjutkan makannya. Ifapun terkekeh mendengar penuturan Karin.
"WOII PAGI PAGI UDAH PADA NONGKRONG DISINI" Karin tersedak mendengar teriakan dari samping meja mereka.
"Ehh nenek gayung loncat" latah Ifa. Sementara sang pelaku tertawa terbahaka bahak melihat reaksi dua cewek di depan mereka. Ifa menoleh kekanannya dan mendapati Rizki dan Aslan yang sedang ngakak.
"IHHHH KALIAN NGAPAIN SIH, NGAGETIN AJA. Untung Fa cuma latah, gimana kalau Fa jantungan? Mau tanggung jawab?" marah Ifa.
"Hahaha kalau lo jantungan ya tinggal bawa ke Rumah Sakit, trus kalau lo innalillahi tinggal kuburin kan beres" jawab Rizki enteng.
"Eh tu mulut mau di selotip?" kesal Ifa.
"Selotip aja Fa" Aslan menas manasi Ifa yang tengah kesal dengan Rizki.
"Eh mending lo kicep aja Lan. Daripada nanti gue sleding pala lo" ujar Rizki dan Aslan hanya ngakak melihat reaksi sahabatnya itu. Sementara Karin hanya menjadi penonton setia sambil sesekali menyuapkan bakso yang tersisa kedalam mulutnya.
"BODO" teriak Ifa kemudian duduk dan menatap kesal kearah taman dekat kantin.
"Lo marah Fa?" Ifa tidak mengindahkan perkataan Rizki dan masih setia menatap taman dekat kantin. Sebenarnya ia sedang meredakan nyeri di hatinya karna kejadian kemaren kembali berputar di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Rohis, Ana Uhibbuka Fillah ~END~
Storie d'amoreMencintai sahabat sendiri, tidak pernah terbayangkan oleh seorang gadis yang sholeha, imut dan ceria. Berada dalam keadaan FRIENDZONE adalah hal yang paling dibenci ifa. Mencintai tapi tidak dicintai?? Sakit. Itu yang ifa rasakan, saat mengetahui or...