🌸 35

333 27 5
                                    

“Kalau lo udah selesai, kabarin gue ya, gue ke rumah genta dulu, ada janji main ps bareng” Hasbi mengusap pelan kepala Ifa.

“Iya, nanti aku kabarin” Ifa pun keluar dari mobil dan melambaikan tangannya ketika mobil yang di kendarai oleh Hasbi melesat meninggalkan sekolah.

Hari ini Ifa memutuskan untuk ke sekolah walaupun jadwal mereka hari ini libur. Lebih tepatnya siswa kelas sepuluh dan sebelas. Di karenakan di adakan ujian nasional untuk siswa kelas dua belas. Hari ini hari terakhir ujian, Ifa hanya ingin mengerjakan tugas Rohis yang ia tinggalkan seminggu yang lalu. Baru sekarang ia menyempatkan waktunya, dikarenakan kemagerannya untuk datang ke sekolah di hari libur. Ini juga kalau tidak di paksa oleh Aldo, ia pasti tidak akan berada di sini sekarang.

Ifa melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah yang tampak sepi. Tentu sepi, waktu masih menunjukkan pukul sepuluh. Satu jam lagi pasti waktunya istirahat.

“Halal gak ya ngebunuh orang?” gerutunya saat memasuki Ruang Rohis.

“Aihhh, awas ya Aldo, berani beraninya ganggu rebahan time aku” Ifa menyalakan komputer dan membuka dokumen yang  harus di selesaikan olehnya hari ini.

“Baiklah Ifa, anggap aja ini salah satu olahraga. Olahraga jari” Ifa tersenyum paksa melihat ada beberapa dokumen yang harus ia periksa.

“Udah berasa kayak pegawai kantoran aja aku kalau gini. Periksa dokumen segala. Gak bisa apa tuh anak aja yang periksa? Gak tau dia susahnya aku ngebujuk magerku untuk mengalah” ia masih terus mengoceh sembari mengetik beberapa dokumen yang salah.

🌸🌸🌸

“AHHH AKHIRNYA SELESAIII” Ifa merenggangkan badannya yang terasa sedikit pegal karena kelamaan duduk di depan komputer.

“Udah setengah jam aja aku ngerjain tuh dokumen” di lihatnya jam yang telah menunjukkan pukul setengah sebelas.

“Ngapain lagi ya? Hasbi pasti masih main nih” ia melihat sekeliling ruangan yang terlihat sepi, karena hanya dirinya yang berada disini. Terlintas memori tentang kegiatan yang ia lakukan di dalam ruangan ini selama dua tahun ini. Senyumannya terbit saat mengingat bagaimana interaksi nya dengan Rizki di dalam ruangan ini.

“Kenapa berdiri di pintu?”

“ALLAHUAKBAR”

“KALAU GAK NGAGETIN GAK BISA HAH?!”

“Lo nya aja yang kagetan”

“UDAH SALAH NYALAHIN ORANG YA, AWAS YA KAK RIZKI!”

“HEH, JAN KABUR MANEHH”

“IYA IYA GUE MINTA MAAP. UDAH JANGAN KEJAR GUE LAGI”

“MAKANYA BERHENTI JANGAN LARI”

“LO NYA BERHENTI NGEJAR GUE DULU”

“KAK RIZKI DULUAN YANG BERHENTI LARI”

“Eh mau kemana lo?”

“Ke kelas Kak, bentar lagi bel pulang”

“Oh  yaudah, pergi lo sono hush hush”

“Dasar cacing pita”

“Lo…. Dasar Adek Kelas aneh”

“HAYOOO PADA NGAPAINN”

“Ck, ngapain sih? Merusak suasana tau”

“Elehhh sekate lo ngomong”

Ketua Rohis, Ana Uhibbuka Fillah ~END~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang