🌸 4

617 45 0
                                    

Angin malam yang sejuk karna baru saja hujan berhenti, menerpa wajah Ifa yang sedang berdiri di pembatas balkon kamarnya. Ia seperti menikmati setiap terpaan angin malam di wajahnya, sambil memejamkan mata. Setelah itu, Ifa menghela napas dan membuangnya perlahan. Sekarang ia benar benar bingung. Ia bingung dengan perasaan nya kepada Rizki. Kenapa ia merasakan hal aneh di jantungnya saat dekat dengan Rizki. Apa mungkin Ifa sakit jantung? Tidak tidak, itu tidak mungkin! Ifa menggelengkan kepalanya cepat. 

"Kenapa ya? Ni jantung kok gak bisa kondusif kalau dekat sama si cacing pita? Gak mungkin kan aku sakit jantung? Gak ada riwayatnya juga" Ifa bermonolog tentang perasaannya.

"Apa mungkin... aku suka dia? Astaghfirullah. Gak, gak, itu gak mungkin. Masa aku suka sama si cacing pita?" Ifa sudah seperti orang gila. Bertanya sendiri, jawab sendiri. Ifa pun kembali memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian, ia kembali membuka matanya.

"Benar. Aku menyukaimu cacing pita" ujarnya lirih. Ifa mengusap wajahnya kasar. Kenapa ia bisa suka dengan Rizki?

"Astaghfirullah. Maafkan Ifa ya Allah, karna udah menyukai salah satu hamba-Mu" ucapnya. Kemudian ia mendongakkan kepalanya, memandang langit malam yang begitu indah dengan hiasan taburan bintang bintang kecil. Sebuah senyum terbit di wajahnya.

Ifa berjalan kedalam kamarnya dan mengambil sebuah buku bercorak pemandangan, kemudian membawanya kembali ke balkon. Ifa duduk di salah satu kursi yang ada di balkon kamarnya dan membuka buku tersebut. Ia berhenti membolak balikkan buku, saat berada di sebuah lembaran kosong dan menulis sesuatu disana.

Jakarta, 14 agustus 2019

Untuk kamu, yang sudah
mengukir namamu di hati ini...
Selamat!!
Karna kamu, adalah orang pertama
yang telah berhasil membuka kunci
hati ini...

Good MR. Ar Rasyid

Ifa menutup buku tersebut setelah menuliskan beberapa kata di dalamnya. Kembali, ia menghela napas pelan.

"ADEKKKK TURUN MAKANNNN" teriakan sang Umi berhasil membuat Ifa terlonjak kaget. Bagaimana tidak, ia sedang sibuk melamun, Umi nya malah teriak teriak. Ifa beranjak dan berjalan menuju kamarnya, ia menutup pintu balkon dan menyimpan buku tadi ke rak buku buku nya. Kemudian ia berjalan menuju lantai bawah untuk memenuhi panggilan sang Umi.

"Wahhh harum nya. Masak apa umi??" tanya Ifa saat sudah sampai di ruang makan dan mendapati Abi dan Abang pertamanya sudah duduk rapi di meja makan.

"Masak tumis kangkung saos tiram dan ayam tepung" ujar sang Umi tanpa mengalihkan kegiatannya yang sibuk menata makanan. Ifa pun berjalan ke arah dapur dan ikut membantu Umi nya untuk menyiapkan makan malam. Setelah selesai, Ifa pun duduk di kursi nya yaitu di hadapan Dirga. Ide cemerlang muncul tiba tiba di benaknya untuk mengerjai sang Abang.

"Abi, Bang Rai katanya mau ngenalin ta'arufan nya" perkataan Ifa berhasil membuat Abi dan Umi nya menatap Ifa terkejut.

"Bener?" tanya Umi Ifa. Ifa pun mengangguk cepat. Dirga yang menjadi korban membelalakkan matanya kaget. Memang benar ia ingin mengajak seorang perempuan untuk ber ta'aruf dengan nya. Tapi itu baru ingin, bukan sudah. Ia pun menatap Adek kesayangannya tajam. Yang di tatap malah mengejek dengan menaik turunkan alisnya dengan senyum jahil.

"Beneran Dir?" tanya Abi. Mampus!! Kalau sudah Abi nya yang bertanya, Dirga tidak bisa lagi mengelak. Dirga terus menyumpah serapahi Ifa dalam hatinya.

Ketua Rohis, Ana Uhibbuka Fillah ~END~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang