Haivy Chandra Kencana
"Muka gue keliatan peduli nggak, bangsat?" —Ivy, pelajar.
•
•05. Begadang
[]
"Itu kenapa kakinya kok diplester?" tanya wanita paruh baya yang masih nampak cantik dan awet muda itu ketika tak sengaja mendapati kaki putranya yang diplester.
Sedang pemuda yang menidurkan kepala di paha ibunya itu, menatap kakinya sebentar, lalu mendongak dan menyengir. "Biasa lah, Ma, laki. Jatuh tadi pas futsal."
"Nggak pake manset? Sakit nggak, coba sini Mama lihat," ujarnya, mendapat gelengan dari sang anak.
"Nggak sakit, rasanya kayak ditempelin serangga," ujar Elvano.
Ghea membuang napas pelan. "Lain kali kalau main hati-hati, dipakai mansetnya, itu 'kan gunanya buat pelindung biar nggak cidera," ujarnya, sembari mengusap pelan rambut si kembar yang tengah berbaring di pahanya.
"Iya, Ibu ratuuu," sahut Elvano.
Wanita itu tersenyum, lantas beralih menatap pada Elkano yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya dari layar televisi, matanya yang sayu mengerjap pelan terlihat sudah mengantuk.
"Kalau ngantuk tidur aja di kamar," ujar Ghea, membuat Elkano mendongak, mengalihkan pandangannya.
Pemuda itu tersenyum tipis. "Belum, Ma."
"Bener belum? Kamu begadang berapa hari coba? Kantung matanya sampe keliatan begini?" tanya Ghea, mengusap kulit tipis di bawah mata Elkano yang mengantung.
"Tiap hari tuh, suka banget, Ma, kalau disuruh belajar, sampe lupa waktu, padahal nggak usah belajar, otak lo itu udah encer kayak Enstein, Kan," ujar Elvano, bergeser, mengubah posisinya menjadi menyamping, lantas mendongak menatap Elkano yang berada di atasnya.
"Buat persiapan olimpiade, takut gagal, nggak bisa menang," ujar Elkano, membuat Ghea tertawa pelan.
"Kenapa harus takut? Gagal itu wajar, kalau kamu gagal, berarti itu memang belum kesempatan kamu. Selagi kamu masih muda, habisin aja jatah gagalnya. Jadi, jangan takut buat gagal, karena mungkin gagal itu perlu buat mencapai apa yang kamu mau."
"Usaha boleh, tapi kamu harus tau batas diri kamu sendiri. Jangan dipaksaian, sesuatu yang dipaksain itu nggak akan berbuah baik, paham?" ujar Ghea lembut, sembari tersenyum, setia mengusap kepala putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Fiksi RemajaFOLLOW SEBELUM MEMBACA [SEQUEL "It Called Love" -- BISA DIBACA TERPISAH] *** Pada dasarnya, manusia tidak ada yang sempurna. Begitu pula dengan Elvano, orang yang selalu tertawa dan tak pernah menampakkan kesedihannya bukan berarti hidupnya baik-bai...