17 - Pencerahan

5.7K 899 27
                                    

selamat malam, selamat
membaca cerita elvano 💖

17. Pencerahan

[]

"Mau pulang bareng?" tawar seseorang, secara tiba-tiba suaranya menginterupsi membuat kedua pemuda yang tengah saling merangkul itu terlonjak kaget.

"Ah, Kan! Lo mah hobi banget ngagetin, gue kira siapa!" seru Elvano, tawanya mengudara setelah itu.

"Kok lo bisa sampe sini anjir, sejak kapan? Perasaan bel pulang baru bunyi lima menit yang lalu," ujar Ravin, menatap Elkano heran.

"Lo belum tau ya, Pit? Kembaran gue ini punya kekuatan burok, lo mana punya saudara kayak dia," ujar Elvano, beralih merangkul Elkano, dagunya terangkat angkuh seolah bangga memiliki saudara kembar seperti Elkano.

"Gila? Keren amat, nanti gue minta ke Mama buat bikin sodara juga ah," ujar Ravin, membuat tawa Elvano meledak.

"Kaga jelas lo! Di pikir bikinnya semalem langsung jadi apa?" ujar pemuda itu di sela-sela tawanya, membuat Elkano menatap Elvano datar karena pertanyaannya belum dijawab.

"Pulang bareng?" tanya pemuda itu mengulangi pertanyaan yang sama pada Elvano.

"Oh iya, nggak usah deh, ini hari apa? Rabu ya? Lo ada jadwal tambahan les matematika," ujar Elvano.

"Bolos," sahut Elkano dengan entengnya.

"Ya jangan! Itu tuh nggak gratis, Papa biayainnya pake duit, jangan bolos, nanti uang yang dipake Papa buat bayar gurunya jadi sia-sia," ujar Elvano berceramah.

"Mau jalan kaki?" tanya Elkano, membuat Elvano terdiam sejenak.

Iya juga ya, tadi dia ke sekolah bareng Ivy, skateboard-nya juga dia tinggal di depan rumah tadi.

"Ojek online banyak, angkutan umum juga banyak, nggak usah khawatir. Gue bisa pulang sendiri. Lo duluan aja sana, ke tempat les, jangan bolos. Cukup gue aja yang bandel, lo jangan," ujar Elvano, lantas menyengir.

Tak ingin memaksa, Elkano memilih untuk mengangguk, mengiyakan. "Langsung pulang," pesan pemuda itu sebelum akhirnya melenggang pergi lebih dulu menuju parkiran.

"Lo ngerti dia ngomong apa?" tanya Ravin membuat atensi Elvano beralih, dengan satu alisnya yang naik, bingung.

"Hah? Emang lo nggak ngerti? Perasaan bahasanya sama kayak kita— oh iya lupa, lo 'kan ngertinya bahasa simpanse doang ya, Pit?" Elvano mengangguk-angguk, membuat Ravin mengulurkan tangannya, menoyor kepala pemuda berhidung bangir itu.

"Tai lo! Bukan gitu maksud gue, itu dia ngomongnya langsung ke inti-inti begitu, emangnya lo nggak ngah-ngoh kayak keong?" tanya pemuda itu memperjelas pertanyaannya.

Elvano tertawa. "Nih ya, Pit, gue itu udah sejak sperma barengan sama Kano, mau dia diem, mau dia ngomongnya singkat-singkat kayak typing cewek yang lagi ngambek, gue tetep paham."

"Wah, beneran?" tanya Ravin, takjub akan ikatan batin kedua saudara kembar itu.

"Kaga sih, gue ngarang doang," jawab Elvano membuat Ravin mengurungkan rasa takjubnya.

"Emang salah gue kok, Van, salah gue kenapa percaya sama mulut berbisa lo itu," ujar Ravin tersenyum paksa, sebelum akhirnya berjalan lebih dulu meninggalkan Elvano yang berjalan di belakangnya.

"Becanda, Pit! Ih ambekan kayak cewek!" kelakar Elvano, berlari menyusul Ravin yang sudah berjalan jauh di depannya.

"Lo mau bareng gue nggak?" tanya Ravin tiba-tiba menghentikkan langkahnya, berbalik membuat Elvano tak sengaja menabrak tubuh pemuda itu.

ELVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang