36 - Boneka Ayam

4.2K 616 80
                                    

36. Boneka Ayam

[]

"Kayaknya baru kemarin dah liburnya, kok besok udah masuk lagi sih," keluh seorang pemuda ber-hoodie hijau muda yang tengah duduk menyandar di sofa ruang tengah, bersama kedua sepupu serta adik-adiknya itu.

Setelah dua minggu liburan kenaikan kelas, tak terasa jika besok mereka harus kembali masuk sekolah dan menjalani aktivitas rutin seperti sebelumnya. Padahal mereka masih belum puas dengan hari liburnya.

Apalagi Elvano, ia sangat-sangat belum puas, bukannya menikmati waktu libur buat leha-leha sama main, dia malah belajar bisnis sama papanya, tak hanya itu, dia juga diajak buat hadirin acara orang kaya yang bikin Elvano ketar-ketir karena sebelumnya nggak pernah datang ke acara kayak gitu. Dulu sih pernah, waktu masih kecil, tapi itu udah lama banget.

Bukannya Elvano nggak ikhlas, ikhlas kok, setengah tapi. Karena dunia bisnis dan industri itu tidak semudah yang Elvano lihat. Banyak resiko, aturan, dan hal-hal yang harus benar-benar dipelajari secara teliti.

"Bolos aja," celetuk Mikael, memberi usul.

Membuat Elvano menoleh, sedetik kemudian pemuda itu tersenyum lebar. "Bagus juga ide lo, Mike, yuk bolos aja," ajak Elvano.

Sebelum Mikael menjawab, gadis cantik yang tengah membersihkan kuku-kuku jarinya itu melirik ke arah kembarannya. "Mau bolos, Mike?" tanya Jennifer, namun di telinga Mikael itu bukanlah sekadar pertanyaan biasa.

"Haha, ya nggak lah, Jen. Besok itu hari pertama masuk sekolah, Van! Pasti banyak degem cantik-cantik, ah mubazir kalau bolos," ujar Mikael, dibalas anggukan setuju oleh Hugo.

"Betul!" timpalnya semangat.

"Nggak tertarik, mending gue rebahan di rumah sambil main ps. Ya 'kan, Adikku?" ujar Elvano, menatap Elkano, berniat untuk mencari teman seperopini.

"Enggak," jawab Elkano dengan santainya, membuat Jennifer tertawa.

"Btw nih, Van, katanya Daddy, kemarin lo ikut acara pesta perilisan produk barunya kolega bokap lo, gimana? Circle-nya pada bau duit nggak?" tanya Jennifer, mengalihkan perhatian dari pemotong kukunya.

"Alah, katanya Papa, Bang Vano kayak anaknya gembel, cengo doang, diajak ngobrol haha-hehe, kayak nggak pernah liat acara begituan," serobot Hugo, menyahuti lebih dulu.

Membuat Elvano melirik adiknya itu dengan sewot. "Eh kutil badak, emangnya lo pernah, hah, gue tanya?! Nggak 'kan?"

"Yee, seenggaknya gue kalau diajak juga nggak bakalan kayak elo, diajak hedon malu-maluin, lo emang jiwa-jiwa orang miskin," ujar Hugo tanpa difilter.

"Buset, ini bocah mulutnya pedes banget," kekeh Mikael, menggeleng-geleng sendiri mendengar apa yang diucapkan oleh Hugo.

"Hilih, Go, lo ngikut acaranya doang bisa, coba kalau diajak ngobrolin bisnis, ekonomi mikro-makro, analisis pasar, sama strategi marketing, emangnya lo paham?" tanya Jennifer, membuat Hugo kicep. Padahal Jennifer sendiri juga nggak paham, dia asal ceplos nyebutin itu tadi, sesuai apa yang sering dia dengar dari daddy-nya.

"Tuh, wle." Elvano menjulurkan lidahnya, merasa menang karena dibela oleh Jennifer.

"Terus, terus, gimana, Van? Udah dapet posisi apa lo? Direktur? Manager? GM? Apa langsung CEO?" tanya Jennifer lagi, kembali ke topik yang sebelumnya ia bahas.

Elvano mengerjap. "Posisi apaan, anjrit, gue baru aja belajar dasarnya doang, yakali langsung dapet," ujar pemuda itu.

"Emangnya susah?" tanya Jennifer lagi.

ELVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang