Jennifer Van D. & Mikael Van D.
***
13. Truth or Dare
[]
Malam ini, rumah kediaman keluarga Dirgantara tampak sangat ramai daripada biasanya. Di ruang tengah tepatnya, para orang tua serta anak-anak berkumpul, membuat circle sendiri-sendiri.
Yang bapak-bapak sendiri, mengobrolkan tentang bisnis, sesekali soal burung. Iya biasalah, bapak-bapak memang kerjaannya ngurusin burung. Yang emak-emak juga sendiri, kalau yang ini, bahasannya melebar kemana-mana, random banget, awalnya bahas resep kue, terus tiba-tiba bahas gosip.
Nah, yang terakhir ini ada circle anak-anak, Reon bermain sendiri dengan Bianca, jangan salah, walaupun cowok, Reon sering banget dicekokin sepupunya itu mainan boneka, karena kebetulan mereka satu sekolah, sering main bareng juga.
Sedang ke-lima yang lain, kini tengah duduk melingkar dengan botol sirup kosong yang berada di tengah-tengah mereka, sedang memainkan sebuah permainan, bernama truth or dare, permainan lawas yang herannya nggak bikin bosen dan tetep asik buat dimainin rame-rame.
Ketika botol itu mulai diputar dan berhenti di Hugo, mereka lantas sama-sama memasang wajah jahil— kecuali Elkano. Dari awal main sampe sekarang, mukanya tetep lempeng, sesekali tersenyum dan tertawa, namun itu hanya berlangsung beberapa detik saja.
"Truth or dare, Go?" tanya Mikael pada Hugo.
"Truth!" jawab Hugo tanpa berpikir lama, mending nyari aman karena saudara dan sepupunya itu pada sama-sama punya keahlian jahil. Dan ia yang paling muda di antara kakak kembar dan sepupu kembarnya, jadi sasaran empuk buat bahan bully-an.
"Cemen lo! Woo!" ejek Mikael.
"Nggak peduli, wlee. Buruan kasih, apa pertanyaannya, apa aja gue jabanin, anti rahasi-rahasi kleb," ujar Hugo sok mantep.
"Bener ya, lo? Awas aja kalau protes," ujar Jennifer, memicing pada Hugo.
"Oke, gue tanya, berapa pacar lo sekarang?" tanya Mikael, memguat Hugo hampir terlihat terkejut.
"Anti rahasia tadi katanya," ucap Elvano mengingatkan.
Jennifer, Mikael, dan Elvano sama-sama tersenyum setan menatap Hugo yang agaknya ketar-ketir karena ditanya berapa jumlah pacarnya.
"Apa nih? Gue nggak punya pacar!" tandas Hugo, namun tak membuat mereka langsung percaya.
"Halah, bokis! Gue liat waktu itu lo jalan ke mall, sama cewek, rambutnya panjang sepunggung!" ujar Mikael tak percaya.
"Beneran Mike? Wah, parah lo Go, nggak pernah cerita sama kita," ujar Elvano antara takjub dan terkejut, ternyata bocah-bocah begitu adiknya ahli naklukin hati perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA [SEQUEL "It Called Love" -- BISA DIBACA TERPISAH] *** Pada dasarnya, manusia tidak ada yang sempurna. Begitu pula dengan Elvano, orang yang selalu tertawa dan tak pernah menampakkan kesedihannya bukan berarti hidupnya baik-bai...