40 - Ingkar

4.2K 621 115
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

40. Ingkar

[]

Saat ini, kelas XI IPS 3 sedang jam kosong, dikarenakan guru yang mengajar sedang izin, ada keperluan mendadak yang harus diselesaikan, sebenarnya mereka sudah diberi tugas untuk dikerjakan, tapi siapa yang sudi mengerjakan tugas di jam kosong yang waktunya enak dibuat main atau tidur begini? Ya kecuali anak-anak yang rajin sih.

Suasana kelas sangat kacau dan berisik, teriakan anak laki-laki yang sedang bermain futsal di dalam kelas menjadi penyebab utama dari kebisingannya. Ada Elvano dan kawan-kawan yang tengah asik menendang, menggiring, dan mengoper bola di bagian depan kelas yang memang sedikit luas.

"Pit, Pit, oper sini, Pit!" teriak Elvano yang kini seragamnya sudah basah oleh peluh. Dengan jas yang tidak lagi terpakai, dasi yang longgar, serta kemeja yang sudah keluar dari celana.

Mendengar intruksi Elvano, Ravin mengoper bola yang tengah ia giring pada pemuda itu, sedang di sela-sela itu, Elvano menarik naik celananya, berancang-ancang menendang bola yang dioper oleh Ravin. Alih-alih terlihat keren, suara robekan celana terdengar jelas membuat seisi kelas tiba-tiba hening.

Mengerjap, Elvano melotot, lantas menunduk, berharap jika suara robekan itu bukan berasal darinya.

"VANO KOLORNYA TAYO!" seru salah seorang teman Elvano yang kebetulan lagi mabar di deket colokan stop kontak. Tepatnya di belakang Elvano.

Saat itu juga tawa memecah keheningan, hampir seisi kelas tertawa akibat hal konyol tersebut, sedang Elvano malu sendiri, segera merapatkan kakinya dan mundur.

"Pit ... tolongin ...," rengek pemuda itu pada Ravin yang tertawa terbahak-bahak.

"Hahahanjir, kolor lo beneran tayo, hAHAHAHA," ujarnya malah tertawa semakin keras.

"Ya Allah, makin gede malahan ngakaknya, jahat banget lo, beliin celana di koperasi, Pit," rengek Elvano memelas, malunya nembus tulang, apalagi dia dilihatin anak-anak cewek.

"Bentar, mau nuntasin ketawa dulu— hahahaha," ujar Ravin sambil megangin perutnya, bikin Elvano tambah malu.

Sambil loncat-loncat, pemuda itu mendekat ke arah lemari yang berada di samping meja guru, lantas mengambil taplak meja yang ada di dalam sana, membentang dan mengikatkannya di pinggul.

"Nah, lo begitu aja, Van, kaga usah beli celana baru," usul salah seorang teman Elvano.

"Ih congornya enak banget kalau ngomong, yA LO PIKIR ANJIR GUE NGGAK PUNYA MALU APA?!" seru Elvano, ngegas.

"Kirain urat malu lo udah putus."

"Tega banget lo, Peh. Peh beliin celana di koperasi, Peh, nanti gue kasih ceban deh buat ongkirnya," ujar Elvano, menyuruh teman perempuannya yang bernama Ifa.

ELVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang