26 - Patung Pancoran

4.2K 601 15
                                    

26. Patung Pancoran

[]

Mengentuk-ngetukkan ujung sepatunya ke lantai sembari menunggu antrian untuk membayar apa yang telah ia beli dari koperasi sekolah, gadis berambut pendek dengan kucir kuda itu mengunyah permen karetnya dengan santai. Saat menyadari sosok yang tidak asing berdiri di sebelahnya, ia menoleh lantas sedikit mendongak, dengan mata yang menyipit.

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya membuat kedua sudut bibirnya mengembang, menampakkan senyuman jahil, begitu selesai membayar apa yang telah ia beli, Ivy- gadis itu, melangkah cepat keluar dari sana, melonggokkan kepalanya di antara para murid yang berlalu lalang di sekitar sana untuk mencari sosok yang tadi sempat ia lihat di dalam koperasi.

"Itu dia!" gumamnya, menemukan siapa yang sedang ia cari, berlari kecil ia sedikit mengendap-endap mengikuti langkah sang pemuda berperawakan jangkung yang berjalan tak jauh di depannya.

Menebak-nebak dalam hati, kira-kira mau kemana pemuda itu pergi?

Alih-alih pergi ke kelasnya sesuai apa yang sedang ditebak Ivy, di ujung koridor, pemuda itu justru berbelok ke arah Barat. Masih setia mengunyah permen karet yang ada di dalam mulutnya, diam-diam Ivy tersenyum di dalam hati. Apa Elkano tidak sadar ya jika langkahnya sedang diikuti?

Namun baru saja berkata demikian di dalam hati, kepala pemuda itu menoleh ke belakang, membuat Ivy terkejut, untung saja ia sudah lebih dulu bersembunyi. Mencoba tak peduli, dengan wajah datar yang sudah khas, pemuda itu melanjutkan langkahnya menuju taman belakang sekolah yang jarang sekali dipijaki oleh siswa-siswi Lentera Bangsa.

Konon katanya, pohon beringin yang tumbuh besar serta rindang di sana, dihuni oleh makhluk halus yang suka mengganggu dan jahil kepada siapa saja yang berani duduk di bawah atau berada di sekitaran sana. Namun Elkano tak pernah percaya dengan hal picisan seperti itu.

Rerumputan hijau yang nampak segar, menari-menari bersama dedaunan saat angin menerpa, menambah kesan asri dan segar seolah tempat itu memang jarang dijamah oleh manusia, walaupun begitu rerumputan serta bunga yang tumbuh tetap terjaga indah, karena meskipun jarang dipijaki, tempat ini masih bagian dari sekolah, setiap satu minggu sekali petugas kebersihan pasti akan membersihkan dan memangkas rumput-rumput liar yang mulai panjang.

Duduk pada bangku yang terletak tak jauh dari bawah pohon beringin, Elkano membuka kemasan es krim yang ia beli di koperasi tadi.

"Udah manis, dingin lagi, nggak takut emangnya kalau ketuker sama es krim?"

Kalimat itu berhasil menyita perhatiannya, pemuda berwajah datar itu menolehkan kepalanya ke belakang, mendapati sosok gadis yang tengah mendekat dengan raut wajah yang sudah membuatnya kesal lebih dulu hanya karena melihatnya saja.

Tak mau peduli, Elkano memilih untuk memakan es krimnya, merogoh ponsel serta earphone nirkabelnya dari dalam saku jas.

Karena merasa dikacangi, Ivy pun menumpukkan lengannya di sandaran bangku, di samping belakang tempat Elkano duduk. "Gue denger, tempat ini ada penunggunya, lo nggak takut ke sini sendiri terus tiba-tiba ditempelin sampe rumah gitu?" ujar Ivy, masih memancing Elkano untuk membuka suara.

Namun belum berhasil. Elkano masih diam, pemuda itu malah menyumbatkan earphone ke telinganya, sembari memakan es krim, satu tangannya memegang ponsel dengan ibu jari yang menggulir layar.

Tersenyum miring, Ivy memainkan permen karet yang berada di dalam mulutnya. Belum kehabisan akal untuk mengganggu Elkano, sampai pemuda itu mau membuka suaranya.

Merogoh saku jas seragam, Ivy mengambil ponselnya, mencari kontak milik Elkano, berniat untuk mengirimkan sebuah pesan. Jangan ditanya Ivy dapat darimana kontaknya Elkano- sejujurnya, sudah lama Ivy menyimpan nomor ponsel pemuda itu, Elkano juga menyimpan balik nomornya, entah bagaimana kronologinya, Ivy lupa, karena itu sudah lama sekali semenjak mereka masih SMP.

ELVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang