believe in elvano supremacy
***
31. Timezone
[]
Merebahkan tubuhnya di atas sofa, sedari tadi Elvano tak bisa berhenti membuat gerakan-gerakan untuk mengusir rasa bosan. Mulai dari terlentang, terlungkup, berguling, menungging, jongkok, bahkan sampai roll depan, membuat Hugo yang sedang asik menekan-nekan ibu jarinya pada layar ponsel pun melirik kakak laki-lakinya yang sangat aneh itu.
"Lo ngapain sih, Bang?" tanya Hugo, pada akhirnya memilih untuk menjeda game-nya.
"Gue? Ngapain? Nggak tau," jawab Elvano yang kini tengah berjongkok di atas sofa sembari memeluk kedua lututnya itu.
"Nolep amat, main sono kek. Jangan kayak orang susah," ujar Hugo kembali memainkan ponselnya.
Menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, Elvano tampak mengerucutkan bibir. "Ayo, Go, main," ajak pemuda itu pada adiknya.
"Males, lagi seru, sama Reon sana," tolak Hugo tanpa mengalihkan atensinya.
Oh iya, Elvano lupa jika masih ada adik kecilnya yang selalu semangat empat lima jika diajak main. Bangkit dari posisinya, Elvano mencari keberadaan manusia kecil itu, hingga langkahnya terhenti ketika melihat Reon tengah membantu— ralat, lebih tepatnya ikut merusuhi Ghea yang tengah membuat cookies.
Mencomoti cookies-cookies yang telah matang, dengan rupa yang tidak sedap di pandang, pipinya putih terkena tepung, bajunya juga kotor terkena adonan.
"Apa nih, Ma? Vano boleh nyoba nggak?" tanya Elvano, melangkah mendekat, membuat atensi Reon serta Ghea beralih.
"Lagi nyoba bikin cookies, tapi dicuri sama tikus mulu, cobain ini, enak apa enggak," ujar Ghea, terkekeh kecil melirik Reon yang menyengir padanya.
Mengambil kue kering rasa cokelat dengan choco chip di tiap-tiap retakannya itu, Elvano menggigit kecil untuk mencicipi lebih dulu rasanya. Barulah ketika lidahnya tak merasakan keanehan, ia memasukkan sisa gigitannya ke dalam mulut.
"Enak, Ma," ujar Elvano sembari mengangguk-angguk, menujukkan jempolnya pada Ghea.
Ghea tersenyum dan mengangguk. "Adek, udah, kamu udah makan berapa tadi? Jangan banyak-banyak, nanti giginya sakit. Ayo mandi sekalian sikat gigi, liat ini muka kamu putih-putih begini," ujar Ghea, menarik toples berisi cookies itu, lantas mengusap-usap wajah Reon yang kotor.
"Satu lagi, Maaa," pinta Reon merengek, namun Ghea menggeleng.
"Nggak boleh, kalau mau makan lagi, nanti setelah mandi," larang Ghea.
"Gih sana mandi, terus ikut Abang main, mau nggak?" ujar Elvano, membuat Reon mendongak padanya.
"Main kemana?" tanya bocah itu, mengerjap pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM MEMBACA [SEQUEL "It Called Love" -- BISA DIBACA TERPISAH] *** Pada dasarnya, manusia tidak ada yang sempurna. Begitu pula dengan Elvano, orang yang selalu tertawa dan tak pernah menampakkan kesedihannya bukan berarti hidupnya baik-bai...