selamat malam minggu,
selamat membaca cerita elvano <3***
Elvano Zaffre D.
***
20. Futsal
[]
"Rame banget ya, Son?" tanya gadis manis dengan wajah babyface itu, kelopak matanya mengerjap memperhatikan sekitar, tepatnya di area gor yang mejadi tempat diselenggarakannya futsal antar sekolah hari ini.
Ini juga kali pertamanya ikut menonton pertandingan, karena sahabatnya— Sonya, meminta ia menemaninya untuk menonton kekasih gadis itu yang juga anggota futsal dan ikut main hari ini.
"Iya, dong! Namanya juga turnamen, anak futsal 'kan juga banyak yang ganteng, apalagi dari sekolah sebelah- tapi pacar gue tetep yang paling ganteng sih," ujar gadis itu, tersenyum lebar, kentara sekali jika antusias, tak sabar untuk menonton.
Sedang lawan bicaranya hanya tersenyum tipis, mengikuti langkah Sonya yang menarik ia untuk ikut duduk bersama supporter dari sekolahnya. Netra yang terpayungi bulu mata lentik itu senantiasa mengerjap, menyapu pandangan pada sekitar yang begitu luas, masing-masing tribun di isi oleh supporter dari berbagai sekolah yang ikut andil mengikuti turnamen kali ini.
"Ih, Mentari, liat, itu cowok gue! Kyaaa, belum main aja udah keren banget!" teriak Sonya, menggoyangkan lengan gadis yang berada di sampingnya.
Gadis yang dipanggil Mentari itu terkejut lantaran pekikan sahabatnya, sontak menoleh ke arah dimana ada tim futsal dari sekolah mereka berada.
Sedang di sisi lain...
"Duh, gue jadi gugup," ucap seorang pemuda dengan kaus jersey merah dengan angka 09 dibelakang punggungnya.
"Tenang, santai aja, nggak usah terlalu nervous, tarik napas, buang. Percaya aja kalau usaha itu nggak pernah hianatin hasil, oke?" hibur salah seorang senior yang ikut menemani juniornya untuk bertanding hari ini.
"Kalah menang urusan belakang, yang penting kalian udah berusaha. Lagipula ini baru pertama kali buat kalian, jadi nggak apa-apa, santai aja. Kalau menang syukur, kalau kalah coba lagi," ujar sang pelatih mereka yang juga ikut mendampingi, menghibur anak muridnya yang tampak gugup karena baru pertama kali ikut turnamen.
"Siap, Pak!" jawab mereka serentak, kembali memperhatikan ke arah lapangan dimana pertandingan sudah dimulai sejak lima menit yang lalu.
Diam-diam, Elvano terus berdoa di dalam hati. Menang. Semoga menang. Paling tidak ia bisa yakin kalau keberadaannya benar-benar berguna.
Waktu terus berjalan, hingga kini giliran SMA Lentera Bangsa melawan SMA Angkasa. Melangkah menuju lapangan, pandangan Elvano menyapu sekitar dimana surakan-surakan para penonton di tribun terdengar begitu heboh, apalagi yang berasal dari sekolahnya. Tersenyum kecil, pemuda itu sedikit tersentak ketika matanya tak sengaja menangkap pemandangan sosok yang sama, yang akhir-akhir ini kerap muncul di dalam pikirannya, namun tak berani untuk ia dekati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Ficção AdolescenteFOLLOW SEBELUM MEMBACA [SEQUEL "It Called Love" -- BISA DIBACA TERPISAH] *** Pada dasarnya, manusia tidak ada yang sempurna. Begitu pula dengan Elvano, orang yang selalu tertawa dan tak pernah menampakkan kesedihannya bukan berarti hidupnya baik-bai...