just imagine elkano is ice boy
***
30. S3 Sugesti
[]
Hari ini adalah hari terakhir ulangan, setelah seminggu lebih dihadapkan dengan lembaran-lembaran kertas laknat yang soalnya hanya bisa dijawab oleh mereka yang memiliki iman dan taqwa di atas rata-rata. Meneguk susu kaleng di tangannya, Elvano membuang napas setelahnya.
Mengerutkan dahi dengan kepala yang rasanya seperti ingin meledak, efek pusing setelah berhadapan dengan soal matematika. Entah apa motivasi waka kurikulumnya hingga membuat jadwal dengan matematika berada di hari paling akhir, jam terakhir pula.
Dikira matematika itu manis kayak dessert kali, makanya ditaruh paling akhir.
Kembali membuang napas, Elvano meneguk sekali habis susu kalengnya, lantas melemparkan kaleng kosong itu ke dalam tempat sampah. Terik matahari yang cukup menyengat, seakan ingin menambah sensasi gerah pikiran serta tubuhnya.
Mengedarkan pandangan sejenak, Elvano menujukan pandangannya pada sekolah yang berada di seberang jalan, tepat di depan sekolahnya, dengan gapura bertuliskan SMAN WISMAGAMA, sebuah senyum kecil terukir ketika pandangannya tak sengaja menangkap seorang gadis dengan jepit rambut warna-warni tengah duduk di bangku tunggu bersama temannya yang lain untuk menunggu jemputan.
Baru beberapa menit ia terlena dengan apa yang tengah ia perhatikan, kesadarannya terpecah kala getaran ponsel membuatnya terganggu. Spontan menarik kedua alisnya naik, Elvano menegakkan punggung, mengambil ponsel yang ia kantungi di dalam saku celana.
"Papa?" gumamnya disusul kerutan halus yang muncul di dahinya sebelum ia menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu di samping telinga.
"Kenapa, Pa?" tanya Elvano.
"Salam dulu, anak setan," ujar Raka dari seberang sana, membuat Elvano tertawa pelan.
"Assalamualaikum, kenapa, Pa? Tumben banget, mau nambahin uang jajan Vano, ya?" ujar Elvano, sembari menyengir kecil.
"Waalaikumsalam. Kamu dimana? Masih di sekolah apa udah di rumah?" tanya Raka, tak menghiraukan perkataan Elvano barusan.
"Hm, masih di sekolah," jawab Elvano.
"Langsung ke kantor Papa, bisa? Ada yang mau Papa tunjukin ke kamu," ujar Raka, membuat kerutan halus kembali tampak di dahi Elvano.
"Kalau Vano nggak mau, gimana, Pa?" tanya Elvano, mulai kumat resenya.
"Jangan mulai ya, Vano. Papa serius, kalau masih mau tinggal seatap sama Papa, buruan ke sini," ultimatum Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA [SEQUEL "It Called Love" -- BISA DIBACA TERPISAH] *** Pada dasarnya, manusia tidak ada yang sempurna. Begitu pula dengan Elvano, orang yang selalu tertawa dan tak pernah menampakkan kesedihannya bukan berarti hidupnya baik-bai...