Agnia menatap matahari pagi bersinar di balkon kamarnya, melihat sepasang kekasih, cih kekasih? Tengah berkuda, ini yang dimaksud kuda beneran.
Jika biasanya Agnia akan mengacaukan kemesraan pasangan yang tanpa cinta itu, kali ini Agnia tidak tertarik, entahlah hanya ingin menyusuri kastil mana tau mendapatkan suatu hiburan menyenangkan pagi ini.
Langkah kaki Agnia terhenti pada sebuah danau. Danau yang hanya dilihatnya dari balkon, kini terbentang luas dihadapannya. Apa yang akan dilakukannya? Bisa saja Agnia mendatangkan robotnya kemari untuk mengambilkan jetsky kesayangannya, meletakkan alat di air danau agar bergelombang. Ahh tapi terlalu beresiko, semalam saja Ares mati penasaran melihat luka Agnia bisa sembuh sempurna dalam waktu singkat.
Agnia melihat hamparan rumput dan tertuju pada kebun bunga, sangat luas ditengahnya terdapat air mancur dan kolam yang dibuat seolah alami dan menyusuri tepi danau lebih jauh lagi, Agnia terperangah melihat pagar kaca besar seperti kebun binatang. Agnia tertarik pada sepasang singa yang teramat besar disana.
Hewan yang paling disukainya dari kecil, Singa karena terlihat garang dan disegani.
Ada beberapa penjaga disana, dengan polosnya Agnia membuka pagar tinggi kandang singa yang sangat terawat itu, ada pohon berukuran sedang di tengahnya tempatnya berteduh mungkin. Pengawal disana sudah mencegahnya tapi Agnia seperti biasa keras kepala.Tanpa takut Agnia memanggil singa dengan satu jentikan tangan. Seperti memanggil burung, tapi lihatlah singanya mendekat. Mengendus leher putih Agnia, wanita itu memeluk singa besar itu. Agnia tertawa senang bermain dengan sepasang singa didalam kandangnya. Membuat para penjaga bergidik ngeri.
Tak lama Ares muncul karena diberi tau oleh salah satu pengawalnya. Lagi lagi keanehan terdapat pada Agnia, hewan buas yang baru bertemu pertama kali manusia yang tidak dikenalnya pasti akan merasa terancam. Tapi yang dilihatnya malah seperti singa nya dirawat dari kecil oleh Agnia.
"Marko, Debby come here." Sepasangang singa itu bangun dan berlari ke arah Ares di pintu kandang yang sudah tertutup.
"Mengganggu kesenanganku saja." Agnia mencebik tidak suka.
"Kalian bermain dengan siapa? Jangan terlalu baik pada orang asing." Ares seolah bicara pada singanya.
"Aku masih mendengar anda Tuan Bangsawan."
"Oh ya, mengapa lancang mendekati peliharaan kesayangan saya?"
"Aku tidak tau singa ini peliharaan anda, kami hanya bermain sebentar."
"Kau tidak lupa kan singa bisa memakan daging manusia?" Ares menarik lengan Agnia keluar dari kandang singanya.
"Mengkhawatirkan ku huh?"
"Kau tanggung jawabku selama masih berada di kastil ini, bertingkahlah sewajarnya."
"Kabur dariku dengan menipuku semalam apakan wajar?"
Kali ini Ares berbalik terlihat menahan senyumnya yang tak disadari Agnia.
"Jadi kau mau membalas dendam?""Aku sudah tidak tertarik lagi."
Ares berbalik menatap Agnia yang menatapnya tajam. "Kau akan pergi?"
"Aku tetap dikastilmu, karena aku ada janji dengan Zenya. Kau tidak perlu khawatir lanjutkanlah bermesraan dengan calon istrimu itu. Aku tidak akan mengganggu."
Wajah Ares terlihat menegang namun datar seperti biasa. "Pastikan kau tetap disini sampai acara pertunangan kami."
"Baiklah Lord, apapun permintaan anda." Agnia terlihat menunduk sedikit lalu pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes
ChickLitAgnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehnya. Selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya bagai dewi Rusia ditengah kota Jakarta. Tatapan mata emerald-nya membuat siapapun tertund...