Extra Part

10.5K 337 26
                                    

Pria bertubuh tegap dengan kaca mata bertengger di hidung runcingnya tengah berada di airport pribadi miliknya, ia baru saja tiba di Negara kelahirannya.

"Lord, Lady Agnie dibawa ke rumah sakit barusan."

Ares menoleh pada asistennya, "Ini belum waktunya dia melahirkan."

"Saya tidak tahu Lord, saya mendapat kabarnya begitu saja."

"Tunggu apalagi ? Kita segera kesana."

"Baik Lord."

Rumah sakit terbesar di Rusia termasuk milik Czar Group, Ares tiba duapuluh menit kemudian. Pria itu tergesa-gesa menuju ruang operasi.

Disana telah menunggu pria tua yang tak lain Grandpa Agnia, Valero dan Kanaya juga terlihat cemas duduk di kursi samping pintu ruang operasi.

"Kau terlambat." Felix menatap tajam cucu mantunya.

Wajah Ares menegang, kemungkinan terburuk dari kata terlambat itu yang tidak diinginkannya. "Aku baru tiba di Rusia dua puluh menit yang lalu Grandpa."

"Agnie pendarahan."

Ares tak bergeming, pria itu menatap pintu operasi. Tak lama matanya mengedar ke sekeliling seolah mencari sesuatu.

"Dimana Abram?"

Kanaya berdiri meraih tangan anaknya. "Tenang Res, Abram bersama Cia."

Ares tidak menjawab, pria itu melepas tangan ibunya, beranjak masuk ke ruang operasi.

"Kau tidak diizinkan masuk!" Titah Feliks.

"Biarkan dia masuk Dad." Suara itu berasal dari Valero. Sejak Agnia dan Ares menikah ia memanggil Feliks dengan sebutan Daddy.

Ares tak menghiraukan, pria itu tetap masuk tanpa permisi.

Sementara di Kastil Evgene bocah laki laki berumur lima tahun itu duduk di taman seorang diri. Ia merajuk karena tidak diperbolehkan ikut menemani mommy nya ke rumah sakit.

"Abram nanti juga Mom pulang, sekarang sama onty Cia dulu ya." Felicia berusaha membujuk keponakannya itu.

"Cia, kenapa jagoan kita satu ini?" Zhenya menghampiri duduk di sebelah Abram dan berusaha memeluk anak itu gemas, tapi malah mendapat penolakan tegas.

"Aku sudah berusaha membujuk Lord muda ini. Tapi dia tetap saja merajuk." Felicia berpura pura berfikir.

"Lord muda yang tampan coba liat aunty."
Abram pun menegakkan kepalanya, menatap Zhenya dengan datar persis seperti ayahnya.

"Kau mau ke rumah sakit?"

Abram mengangguk samar, sebenarnya ia tak yakin karena ulahnya Mommynya terpeleset di tangga.

"Baiklah aunty mengajakmu, tapi harus janji satu hal."

"What?"

"Tersenyum, kau jangan seperti Daddy mu yang suka menakuti orang dengan wajah dinginnya."

"I don't care." Abram pergi begitu saja menuju garasi mobil.

Abram Redomir Evgene putra pertama Ares dan Agnia, pewaris Rizelle group sekaligus calon penerus bangsawan Rusia, Lord Evgene. Nama tengah Abram diambil dari nama tengah Grandpa Agnia Feliks Redomir Czar, karena tidak mungkin ia mendapat dua gelar skaligus.

Abram banyak diincar musuh Ares dan Agnia, olehkarena itu ia tidak boleh pergi seorang diri, tapi tadi Abram nekat mengancam ingin kabur jika tidak diperbolehkan bermain di luar Kastil. Akibatnya Agnia berlari mengejar Abram dengan kondisi hamil delapan bulan.

"Dad, I'm sorry." Abram menengadah melihat Ares yang baru saja keluar ruang operasi.

Pria itu berjongkok didepan anak kesayangannya, "No problem my boy, Bukan salahmu, adik kembarmu sudah lahir."

Abram melompat ke pelukan daddy nya, akhirnya ia tidak kesepian lagi. Semua yg mendengar Ares pun ikut berucap syukur.

"Adikku laki-laki semua kan dad?"

"Laki-laki dan perempuan, kau harus jadi kakak yang baik untuk mereka."

"Pasti Dad, Bagaimana mommy?"

"Nanti kau lihat sendiri."

Agnia sudah sadar dan telah dipindahkan ke ruang rawat inap, hadiah tidak berhenti berdatangan saat kabar tersebar Agnia telah melahirkan.

Abram berada di gendongan Daddynya, melihat ke box bayi bening terbuat dari kaca. Kedua bayi kembar itu terlelap dengan wajah gemasnya. Bahkan Abram sejak tadi ingin menggigit pipi gembul adiknya.

"Abram, jangan kabur lagi ya sayangnya mommy."

"Siap mommy, Abram tidak kesepian lagi punya dua pasukan ini, nanti aku ajarkan mereka bertempur."

"Kau tidak boleh begitu sayang,sini duduk dengan mommy."

"Aku sejak kecil diajarkan Daddy bertarung."

"Karena banyak orang jahat yang mengincarmu." Jawab Ares.

"Jadi orang jahat tidak mengincar si kembar itu?"

"Masih ada kemungkinan, oleh karena itu jagoan mommy yang harus menjaga mereka."

"Siap laksanakan Lady Evgene."

"Kau ini." Agnia gemas menggelitiki Abram.

"Siapa namanya?" Tanya Valero.

"Gavin Romanov Evgene dan Grace Rizelle Evgene."

"Gavin dan Grace, nama yang bagus, kau memang anakku." Valero tersenyum memperhatikan kedua cucu kembarnya.

"Aku juga anakmu Dad." Ares protes.

"Agnie anak kesayanganku."

"Grandpa, jangan dengarkan Daddy, dia hanya bercanda."

Valero malah tertawa menghampiri Abram. "Abram, kau tetap cucu kesayangan grandpa."

"Aku kesayangan semua orang." Valero gemas menggendong Abram menciumnya tanpa henti.

"Grandpa hentikan, aku sudah besar, aku malu dilihat adikku." Abram terus membrontak.

Hi guys, sudah lama tidak menyapa

Sepertinya aku akan menulis sequel cerita ini, apakah kalian setuju?

Emerald EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang